Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
(AS) mulai memakan korban terhadap konsumen kedelai, yang akan mengolah tahu
dan tempe. Bahkan sejumlah produsen tahu dan tempe ini terpaksa gulung tikar.

Padahal beberapa waktu yang lalu Menteri Keuangan (Menkeu),
M Chatib Basri begitu yakin kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bukan hanya
dapat meringankan subsidi, melainkan juga menjadi salah satu cara untuk
menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Menurutnya, menguatnya rupiah disebabkan disparitas atau
perbedaan harga antara migas domestik dan internasional mengecil. "Defisit
terbesar dari neraca perdagangan kita itu adalah impor migas," ujarnya,
sebagaimana dikutip Republika online.
Sayangnya kebijakan kenaikan BBM tak diikuti dengan langkah
pembendungan terhadap sejumlah impor lainnya, terutama pangan dan holkultura
(sayur dan buah). Dengan terbukanya impor tersebut maka bukan hanya merugikan
kalangan petani lokal, juga berdampak kian sulitnya kembali menguatnya nilai
tukar rupiah.
Padahal jauh-jauh hari pengamat Valas Mohammad Doddy Ariefianto telah memperingatakan,
melemahnya rupiah lantaran meningkatnya konsumsi impor, baik berupa produk
konsumsi maupun bahan industri lainnya, sementara untuk membeli produk dari
luar negri tersebut harus menggunakan mata uang dollar AS, oleh sebab itu
permintaan terhadap mata uang Amerika ini meningkat.
Memang pemerintah sendiri melalui Kementerian Pertanian
telah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Pertanian No.88/2011, No.89/2011,
dan No.90/2011 berupa pembatasan impor 47 komoditas buah dan sayur yang hanya
boleh masuk melalui empat pintu (Belawan, Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tanjung
Perak, dan Makassar) tidak memberi pengaruh berarti dalam membendung derasnya
serbuan buah impor.
Namun, pada kenyataanya Kementerian Perdagangan (Kemendag)
sendiri membuka pemasukan impor beberapa komoditas hortikultura (sayur dan
buah) pada semester II-2013. Selain cabai, ada 12 jenis produk hortikultura
lain yang siap membanjiri Indonesia dalam waktu dekat.
"Ada bawang merah, bawang bombay, kentang, bawang putih
tidak karena sudah dibebaskan, cabai dan masih ada lagi," ungkap Dirjen
Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi.
Berikut ini beberapa hortikultura impor yang siap masuk ke
pasar Indonesia pada semester ke II tahun 2013, berdasarkan sumber Ditjen P2HP
Kementerian Pertanian.
Kentang segar dan dingin untuk konsumsi alokasi 4.864 ton.
Kentang alokasi 2.568 ton.
Bawang bombay segar konsumsi 10.230 ton.
Bawang merah 16.781 ton.
Wortel 18.158 ton.
Cabai (buah dari genus capsicum) 9.715 ton.
Pisang konsumsi 1.500 ton.
Mangga 854 ton.
Jeruk (orange segar) 14.769 ton.
Buah jeruk mandarin 36.531 ton.
Grapefruit, termasuk pomelo 300 ton.
Lemon dan limau 1.996 ton.
Anggur segar 25.728 ton.
Melon 76 ton.
Pepaya 2.100 ton.
Apel 61.693 ton.
Durian 10.788 ton.
Lengkeng (termasuk mata kucing) 40.292 ton.
Lengkeng 1.121 ton. (@AyodiaKelana)