Berita Terbaru:
Home » , » Kumpulan Puisi Riries Herdiana

Kumpulan Puisi Riries Herdiana

Written By angkringanwarta.com on Sunday, January 19, 2014 | 15:01

ilustrasi




PEREMPUAN DI PERSIMPANGAN


Perempuan di persimpangan membiarkan tubuhnya dibasahi oleh rinai hujan
Ia begitu sibuk ikatkan segala bentuk kenangan di dalamnya
Di kisaran waktu tak bernama, setelah ribuan kali membunuh rasa ingin 
Melupakan, ia terpekur
Dalam diam telah ia semayamkan rindu dan cintanya
Tanpa nisan tanpa nama



Perempuan di persimpangan terbalut gundah
Kelam langit senja menggoreskan warna kelabu di setiap lariknya
Desir angin telah membawanya ke penghujung cakrawala
Meluruhkan segala ingin dalam lintasan angan yang senantiasa hadir
Ia biarkan jalan cerita menapaki Takdir hingga ke titik nadir


Perempuan di persimpangan dalam rengkuhan rembulan
Merebahkan topeng yang ia kenakan dalam tungku jiwa
Hangat gelora dalam dada masih meraja
Menjadi sebuah dilema, berputar bak rotasi dunia
Hasratpun kian lekat diantara rindu berselimut karat


Perempuan yang menyimpan dendam di pekat jeruji malam
berselimutkan pedih bagai sayatan luka tersiram cuka
Tatap nanar dalam diam tak menyiratkan makna
Apakah kehendak diri atau kehendak semesta
Yang membuat ia kembali berdiri di persimpangan menatap mega
Menggengam segala kelu yang semakin kelabu


Perempuan di persimpangan antara dua sisi hati
Terucap sepenggal kata dalam buncah amarah
Teriakan lantang menggema,
“Kau laki-laki pecundang!! Kau reguk segala manis, kau tinggalkan racun hitam di tubuhku  dan kau masih menyebutku pendosa!!”


Jiwa dalam dada tak berdaya,
Hilang segala kata
Hampa dalam ketiadaan,
Tatap penuh kebencian,
Dinding hati berselimutkan kegelisahan
Perempuan tanpa rupa membeku
Terikat erat pada akar musim yang telah lama ditinggalkan


Perempuan di persimpangan dalam singgasana kecewa
Tergugu pilu dalam setiap bulir air mata yang perlahan menyapa
Riuh dalam benak selaksa angan buta terjebak sepi lelaki dalam ruang waktu
Masa lalu masih membelenggu dalam ingatan di relung rindu


Perempuan di persimpangan itu adalah aku
Kembali mengenakan topeng dengan lengkung garis bibir sendu
Memar meruntuhkan tegar bagai mengais cinta dalam luka
Kebisuan kembali merantai tali nurani
Lelah membelenggu sebagai kesetiaan yang bersitahan
Membuatku tanpa rupa
Tanpa air mata





KEPADA ANGAN INGIN ANGIN

Kepada angan,
Aku begitu enggan bermain andai dalam benak
Sebab, kembali terhempas kepada ragu terbungkus cemas
Kurekatkan keping demi keping sebuah ingin

Dalam senandung hening di pekat yang begitu dingin
Namun, kembali segala angan tentangmu terbawa oleh angin
Meluruhkan segala ingin


Kepada Angin,
Ku melipat jarak agar dapat menemukan titik temu
Kuberlari tanpa menghiraukan nyeri
Angin terus membawa dan menerbangkanku,
Meliukan tubuhku menari bersama pelangi


Silih berganti musim membawa segala ingin
Aku terdampar di kering kerontang sebuah kemarau
Aku terdiam dalam gigil beku dibawah rinai hujan
Aku meranggas dalam musi semi
Aku bagai pepohohan tercerabut dari akarnya
Aku tak menemukan tepian
Dan aku bagai berumah diatas angin


Kepada Ingin,
Kulalui waktu yang semakin meniadakanmu
Kutitip angan rindu yang berkesiuh terbawa oleh angin
Kau tinggalkan sebuah akhir dalam untaian melodi tanpa syair
Kau goreskan catatan hitam diatas kertas buram tanpa aksara


Ku terjebak dalam rasa ingin hingga menjadi badai dalam diri
Ingin, membuatku menjadi buta mata hati
Ingin, menjadikanku tuli
Ingin, mejadikanku bisu


Angan Angin Ingin
Menghimpun segenap mungkin
Pada kebahagiaan dimana tentram terengkuh oleh doa
Sebab,
Kau muasal segala musim
Tempat ku bermukim dari segala ingin

   
                                                                                     

SETELAH ENGKAU PERGI


Kuterdiam di beranda malam
Dalam kembara jiwa aku menjadi asing hingga dititik paling hening
Hatiku enggan mengukir kata-kata indah
Tak ada lagi denyut nadi mengalir seiring sirnanya cinta
Bayangmu begitu sibuk lalu lalang dalam benak


Sesak  membungkus kekosongan dalam jiwa
Kau hanya menjadi sengketa dalam diri
Aku menjadi titik hitam di sebuah hamparan cahaya putih
Mega menjadi legam di langit yang kini tak lagi penuh harap
Hatiku begitu sunyi..
Mimpi pun menjadi debu..
Aku semakin mengerti kaulah arti tersembunyi


Jiwa menggeliat disela keriuhan menghujam ruang hati
Waktu sembunyikanku dalam ruang tanpa nama
Bilur luka tersaput mega
Meninggalkan  kecewa di lembayung maya
Sesaat setelah engkau pergi, duniaku runtuh!!    

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta