Berita Terbaru:
Home » » Sejahtera dengan Kopi

Sejahtera dengan Kopi

Written By angkringanwarta.com on Saturday, August 13, 2011 | 14:42

Oleh Dede Supriyatna

Diseruput sedikit saja atau sekedar membasahi lidah, lalu biarkan lidah mengecap rasa tersebut, dan jika tak bisa diucapkan maka tak usah diucapkan, memang bukan untuk diucapkan, melainkan dirasakan. Terkadang rasa tak perlu diucapakan dan hanya dirasakan. Jikalau dipaksakan untuk diungkapan hanya membuat kehilangan rasa. Sebab ungkapan tak mampu mewakili rasa yang sesungguhnya. 

Sebagaimana bahasa enak, seakan mewakili semua rasa tentang enak, enak yang bagaimana? Dan kita hanya kebingungan untuk menjawabnya. Seperti itu kisah kopi yang terhidang saat kami berjalan menyusuri malam, lalu singgah disalah satu kedai kopi.

Dan tatkala pesanan telah tersaji di meja, secangkir kopi dengan kepulan asap menaburkan aroma khas. Dengan perlahan-lahan  bibir menyentuh muka cangkir dan secara berlahan menyeruputnya, sebuah seruputan pertama menempel pada ujung lidah, tak ada yang mengetahui apa yang terjadi? Dan yang kutahu ini hanyalah kopi, kopi  yang berasal dari daerah Aceh. 

Perasaan itu, mengingatakan pada hidangan kopi yang sudah-sudah, sebagaimana pada berada di dalam mal yang menjajakan hidangan kopi luwak yang harga satu cangkir mencapai Rp 100.000, 00, dan ada juga kopi Toraja dengan harga mencapai Rp 85.000,00. 

 Harga yang cukup menguras kantong, atau bisa dikatakan cukup mahal untuk sebagaian orang. Maka hanya sebagaian orang yang rela mengeluarkan uang sebanyak itu, agar dapat merasakan kenikmataan kopi. Tapi, untuk sebuah kenikmatan berapapun akan dibayar, apalagi jika seseorang telah mengalami kecanduan. 

Dalam obaralan malam itu, kami berbicara seputar kopi, apakah daerah tertentu mewakili rasa kopi yang berbeda? “iya” sebuah jawaban yang cukup singkat, tapi mengundang rasa ingin tahu yang cukup dalam bagaiman rasa kopi tersebut, khususnya bagi para pencinta kopi.

Obrolan seputar kopi terus saja berlangsung, sehingga pemilik dari warung kopi tersebut yang secara kebetulan berdialog dengan kami berujar, “saya bisa mengukapan kopi secara puitis,” lalu ia pun mengukapakannya. 

Tentunya tak hanya dia yang mampu berbicara tersebut, kopi yang mempunyai rasa pahit, namun banyak dicari juga telah member inspirasinya Dewi Lestari, dan beberapa yang lain. Tak sekedar sebuah kata-kata puitis yang terlahir, namun mampu juga lebih bersifat kehidupan. Hal inilah, yang saya tangkap dari obrolan saya berserta teman di sepanjang jalan pesanggrahan. Waktu itu, ia mengukapan, namun sayang aku telah melupakan kutipannya. 

Sambil berusah mengingat-ingat, ia bercerita tentang sebuah kedai kopi yang selalu ramai dikunjungi orang. Dari keramain tersebu membuat rasa ingin tahu sesorang,  kenapa kedai itu selalu ramai dikunjungin? Orang tersebut mencoba menayakan perihal kopi, lalu ia pun diajak ke dapur oleh sang pemilik kedai kopi. Ia memasukan ke dalam rebusan air berupa telor, wortel, dan kopi. 

Apa yang terjadi dari ketiga hal tersebut? Telor yang awal mulanya hanya cairan lembek di dalam cangkang seketika berubah menjadi keras, sedangkan wortel yang tadinya keras berubah menjadi lembek, dan berbeda dengan kopi?  

Lalu sang pemilik kedai bertanya, “kamu yang mana?” gambaran tersebut menunukan sikap manusia yang setiap saat dapat berubah dari lembek menjadi keras atau sebaliknya, atau tetap sebagaimana kopi. 

Malam bentar lagi berganti pagi, secangkir kopi yang terhidang menyisakan setengah cangkir. Obralan kami masih berlanjut, saya ingin membuat warung kopi ini, sebagai tempat untuk berkumpul. Lanyaknya di kampung yang mereka berbicara tentang social, politik, dan segala macam selepas rutinitasa dan tak hanya itu, dengan adanya warung kopi maka terdapat media untuk mempertemukan mereka. 

Sebagaimana kita yang berkumpul lalu berdialog bermacam-macam dari hal yang remeh-temeh hingga hal yang paling serius. Dan saat itu saya hanya berujuar, jika Indonesia benar, maka hanya dengan kopi mampu mensejahterakan beberapa orang. Dari pemilik pohon kopi, penggiling kopi, penjual kopi, dan pelayan kopi, hingga para penulis. Cukup sederhana bukan?


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta