Berita Terbaru:
Home » » KOMKA Berbicara Film

KOMKA Berbicara Film

Written By angkringanwarta.com on Monday, September 05, 2011 | 04:25

Oleh Dede Supriyatna

Setelah secangkir kopi hitam nan kental siap untuk dinikmati, sambil menikmatinya dan menghisap sebatang rokok saya menekan-nekan remot control untuk mencari saluran yang cocok dengan selara saya.


Tepat di salah satu stasiun televisi (TV) swasta menayangkan film dengan judul “Maling Kutang,” sebuah film yang pernah ditayangkan di layar lebar. Dan aku mencari tanyangan yang lain, yang kudapati adalah sebuah film horor dengan judul benar-benar aneh, sama halnya dengan maling kutang, film tersebut juga pernah ditayangkan di layar lebar.


Bagimana kedua dari film tersebut, bukan untuk dijadikan pembahasan tentang kisahnya, namun keduanya adalah salah satu perfilman Indonesia yang benar-benar marak diproduksi, bahkan sudah tak terhitung lagi. Dari banyak film-film tersebut menjadi bahan pembicaraan diantara penggemar film, kritikus, dan para pelaku sensor film pun turut terlibat.


Sepertinya pengkajian film pun telah menjadi santapan para pengkaji, salah satunya Komunitas Audio Visual (KOMKA) yang masih mengagap bahwa banyak film yang telah ditayangkan, namun masih sedikit film yang berkualitas, dan juga memberikan pendidikan.


Para anggota yang terdaftar di komunitas tersebut, melakukan kegiatan berupa membedah film yang ditayangkan, lalu mereka juga mencoba menyalurkan gagasan dengan media film. Terutama saat berbicara tentang media, tentunya media sepatutnya mempunyai tujuan yang hendak disampaikan, maka sayang jika hanya akan melahirkan sia-sia dan bahkan merusak. Atas dasar tersebut, selain kreatifitas, kami mencoba untuk memberikan pendidikan melalui media film.


Dan kami bersyukur pada akhirnya, kami berhasil memproduksi beberapa film dengan berbagai kekurangan dari segi peralatan, teknis yang lain. Salah satu film yang telah berhasil kami produksi, yakni, berjudul “Lilin.”


Sekali lagi, kami membuat film hanya berdasarkan semangat berkarya, dan mencoba memberikan warna baru terhadap perfilman Indonesia. Memang untuk mencapai pada tujuan tersebut, masih terlampua jauh. dan saat ini, kami berharap pada film yang berhasil diproduksi secara indipendent dengan segala keterbatasannya, meskipun belum mampu bersaing.


Dalam film yang berjudul “Lilin,” dengan durasi 10 menit, mengisahkan tentang persahabatan. Dalam persahabatan yang terjalin antar meraka dengan kehidupan yang sedang mereka jalankan. Kenapa film itu berjudul “Lilin,” tak lain kami berusaha menggunakan simbul sebagaimana “Lilin,” yang digunakan sebagai simbol untuk penerang saat semuanya telah gelap. Dan dalam film tersebut kami sengaja tanpa dialog.


Kata gelap ini, yang sedang dihadapi oleh kelima sahabat tersebut, persahabatan mereka yang selalu dihabisi setiap hari dengan mabok-mabokan. Dari kehidupan yang setiap malam ditemani dengan minum-minum keras pada akhirnya membawa mereka kepada kematian dan menyisakan salah satu orang pemain bernama Era Canggih.


Lalu Era berusaha mencoba memperbaiki jalan hidupnya, dan pada akhirnya, ia menyalakan lilin sebagi simbol penerang bagi gelapnya dunia yang mereka jalinin. Dengan terangnya lilin menjadi penutup dari kisah film tersebut.


Ini bukan film pertama yang telah ditanyangkan, dari semenjak berdirinya pada 5 Mei 2006 dengan salah satu pendiri Abdurahman. Selain itu dalam tubuh KOMKA sendiri, telah mengalami perubahan yang cukup besar, dari anggotanya yang pada mulanya hanya dibatasi oleh teman-teman yang dikenal saja, dan sekarang setiap orang boleh ikut menjadi anggotanya.


Tak hanya itu, KOMKA sendiri berusaha mengepakan sayapnya dengan mendirikan sebuah komitas dengan nama kominitas Juanda, kata juanda sendiri diambil dari salah satu jalan yang ada di Ciputat. Dan untuk Juanda sendiri lebih bersifat melihat keadaan masyarakat sekitar, dengan demikian yang menjadi latar belakang dalam proses pembuatan karya. Adapun karya-karyat tak hanya pada bentuk film, ada juga yang berbentuk foto, dan media oline.


Jadi untuk berbicara mengenai KOMKA sendiri merupakan komunitas Juanda yang menjadi perbedaan sendiri berupa raung lingkup dalam berkarya dan bentuk menejemen yang berbeda ungkap Era yang kebetulan menjabat sebagai ketua KOMKA dan salah satu anggota Juanda.


Untuk pembelajaran mengenai film dari sinematografi, sudut pandang, pemakaian kamera, dan segala macam yang berkaitan dengan film dipelajari di KOMKA jadi untuk pengemabangan sendiri mereka membentuk sebuah komunitas yang bernama Juanda.


Hal tersebut terjadi, lebih disebabkan karena dalam KOMKA gerak mereka masih terbatasi oleh ruang lingkup kampus UIN Jakarta. Sedangkan Juanda sendiri lebih bebas bahkan mereka telah bekerjasama dengan forum lenteng. Tambah Era yang ditemui, saat sedang asik menikmati secangkir kopi hitam di salah satu kantin Fakultas FIDKOM UIN Jakarta.


Dengan rambut kribonya, ia menambahkan bahwa dengan para anggota yang ada diharapakan nantinya, dapat menciptakan para pembuat film yang tak hanya mengikuti industri perfilman, terutama film mana yang sedang banyak dinikmati oleh para penonton.


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta