Berita Terbaru:
Home » » Benang kusut di Indonesia

Benang kusut di Indonesia

Written By angkringanwarta.com on Saturday, October 29, 2011 | 16:31

(28/10), Universitas Politeknik Swardama, merayakan Sumpah Pemuda. Perayaan yang diadakan dengan sebuah obrolan santai dengan berbicara seputar Indonesia dan pemuda. Mereka memulai obrolan selepas andzan Isya, sebuah obrolan yang dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, lalu berlanjut dengan sumpah, sebuah sumpah yang pernah dilontarkan oleh para pemuda pada 22/10/1928.

Dalam obrolan yang diawali oleh Hendro, matan ketua umum Didaktika, ia mengawali pembicaraan  tentang peranan pemuda sehingga melahirkan sumpah pemuda, lalu kita pun merayakannya, dan hampir setiap orang bisa merayakannya. Lantas merayakan sumpah pemuda yang seperti apa?

Sebuah pertanyaan yang tak butuh sebuah jawaban, melainkan sebuah perenungan terhadap kita semua yang berada di dalam ruangan atau kepada semua pemuda, terutama zaman sekarang, sebuah zaman yang mana melihat Indonesia dari segi pendidikan, perpolitikan, dan kesehatan, kesejahteraan masyarakat, kasus-kasus pemisahan diri dari Indonesia, dan lain-lain.

Obrolan semakin ramai saat hampir setiap orang bertanya "Apa yang harus dilakukan oleh pemuda?" Saat pemuda yang merupakan generasi penerus bangsa, dan pada akhirnya mereka akan kembali pada sebuah sistem, ambil saja sebuah contoh dalam Demostran tahun 98 yang mana para mahasiswa yang merupakan pemuda melakukan aksi besar-besaran lalu setelah runtuh zaman Orde Baru, dan pada akhirnya pemuda ikut masuk ke dalam perpolitikan Indonesia? Lantas apa yang terjadi? Pemuda sendiri seakan telah terlena oleh kekuasan itu sendiri.  


Seusai penaya melontarkan ucapannya, lalu berlanjut kepada penaya berikut, melihat Indonesia, melihat pemuda, Jika boleh diumpamakan, maka Indonesia seperti benang kusut yang benar-benar kusut, dan kita sudah tak tahu lagi bagaimana cara menguraikan kekusutan tersebut, sebab ujung-ujung dari benang itu sendiri sudah tak terlihat.

Dan jikalau dipotong benang kusut tersebut, kita memerlukan modal, lalu dari mana modal yang kita dapat? Atu kita masuk dalam kekusutan tersebut, sehingga menjadi kian kusut. apalagi dengan perselingkuhan yang telah terjadi.

semisalnya, atau coba lihat saja perselingkuhan yang terjadi, sebuah perselingkuhan yang terjadi antara Intelektual dengan kekuasaan, agama dengan kekuasaan, ekonom dengan kekuasaan. Atas perselingkuhan tersebut menghasilkan keputuasan guna melancarkan kepentingan penguasa.

Coba lihat saja, semisal fatwa haram premium yang dikeluarkan oleh MUI, yang sebelum MUI mengharamkan rokok. Atau kita ambil contoh lainya, yakni ilmuwan yang berbicara tentang sehatnya air Aqua, Aqua sendiri yang merupakan produk asing, sedangkan dalam pasal 33 ayat 1 sudah teramat jelas. atau sebuah contoh lainya,  guru yang lari ke menjadi tokoh politik, atau juga artis yang karena merasa banyak idola akhirnya digandengan oleh penguasa.

Dalam kasus Aqua, bisa jadi para intelektual berkumpul lalu merumuskan sebuah UU baru yang melemahkan pasal 33 ayat 3 tersebut. Lalu UU tersebut dengan para intelektual lainya, Aqua dapat dengan mudahnya menguasai air.

Maka UU pun telah disahkan, dalam pengesahanya adakah perasan Nasionalis yang pernah disumpahkan oleh para pemuda dalam mambangun bangsa Indonesia? Di manakah moralitas mereka?

Untuk sesaat suasan terasa hening, hanya isapan rokok yang menghasilkan kupulan asap dalam lingkaran kami. suasan kembali ramai untuk, namu suasana kembali hening tatkala acara berlanjut pada sebuah perenungan terhadap Sumpah Pemuda.

Dalam perenungan nyala lampu dengan nyala lilin, dan sebuah puisi yang dibuat oleh Muhammad Ngadikum, seorang matan ketua Presma Aksi Reaksi. (Dede Supriyatna)


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta