Berita Terbaru:
Home » » Nasionalisme, Pragmatis, dan Pemuda (Mahasiswa)

Nasionalisme, Pragmatis, dan Pemuda (Mahasiswa)

Written By angkringanwarta.com on Monday, October 31, 2011 | 12:26

Oleh Ayip Tayana

Andai Soekarno, Abikusno, Semaun, Alimin, Musso, Haji Agus Salim, Kartosuwiryo, KH Mas Mansyur dan tokoh besar lainnya tak pernah kos di rumah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, mungkin sejarah tak akan pernah menulis mereka sebagai tokoh yang berpengaruh besar terhadap kemerdekaan bangsa. Maha guru penentang feodalisme; dengan sukarela melucuti gelar kebangsawanan yang mengalir pada setiap tetes darahnya, justru ia tidak sepakat dengan laku dodok lunga jongkok didepan bangsawan, ia meretas jalan kesetaraan, HOS Tjokroaminoto adalah Maha Guru kaum pergerakan. Perjuangan sang maha guru yang lahir pada 16 Agustus 1882 di kota Reog Ponorogo untuk menuntut kesetaraan itu terlihat jelas dalam pidato dan tulisan-tulisan Tjokro. Pada 1914, di Doenia Bergerak, ia menulis Sajak perlawanan:

Lelap terus, dan kau pun dipuji sebagai bangsa terlembut didunia.
Darahmu dihisap dan dagingmu dilahap, sehingga hanya kulit tersisa.
Siapa pula tak memuji sapi dan kerbau?
Orang dapat menyuruhnya bekerja, dan memakan dagingnya.
Tapi kalau mereka tau hak-haknya, orang pun akan menamakannya pongah, karena tidak mau ditindas.
Bahasamu terpuji dan halus diseleuruh dunia, dan sopan pula.
Sebabnya kau menegur bangsa lain dalam bahasa kromo dan orang lain menegurmu dalam bahasa ngoko.
Kalau kau balikkan kau pun dianggap kurang ajar.
Jika diperhatikan isi pidatonya tersebut terlihat jelas bila sang maha guru ini menentang keras penindasan, dan menuntut kesetaraan. Dalam kesempatan kali ini penulis mencoba beruntung penulis dapat mewawancarai maha guru tokoh pergerakan, pada 19 /10/2011,  jam 23:04.

Siapa saja pemuda yang ngekost di rumah anda?

Soekarno, Mas Mansyur, Semaun (Semoenof: nama Komunis yang didapat saat mondok di Sofyet), Alimin (Iva Al-Minsky), Musso, Kartosuwiryo, H Agus Salim, dan penghuni lain saya lupa.

Seperti apa sih gambaran rumah bapak yang dijadikan tempat tinggal mereka?

Saya tinggal di tengah-tengah perkampungan padat, hanya beberapa puluh meter dari Kali Mas yang membelah kota Surabaya, tepatnya di gang peneleh VII. Rumah saya tidak begitu luas, saya tinggal bersama istri dan ke empat anak saya, kami tinggal di bagian depan, sedangkan bagian belakang rumah disekat menjadi kamar kecil-kecil, kira-kira 3x3 meter. Alimin dan Muso yang dating lebih awal menempati kamar paling depan sedangkan soekarno menempati kamar paling belakang, tanpa jendela, hanya beralaskan ubin, dan berbantal sarung. Disanalah mereka tinggal.

Pada waktu mereka tinggal dirumah bapak, usia mereka rata-rata berapa?

Soekarno kira-kira berusia 15 tahun, karena saya akrab dengan ayahnya Soekemi Sosrodihardjo, kemudian beliau menitipkan soekarno pada saya. Alimin, Muso, dan semaun tidak jauh berbeda dari segi usia dengan Soekarno, kecuali Kartosuwiryo dan Agus (KH Agus Salim) mungkin agak kelihatan lebih dewasa.

Sepulang sekolah, apa saja kegiatan mereka di kostan?

Biasanya mereka makan dirumah, kemudian saya sering melihat mereka ke took buku depan rumah, entah apa yang mereka baca, tapi suatu ketika saya Tanya pada pemilik took buku itu H. Abdullah Latief Zein, mereka biasanya ngapain ke took buku? Menurut pak Latief mereka selalu membaca buku disini, atau hany sekedar milih-milih buku atau bahkan menyembunyikannya untuk dibeli nanti di awal bulan.

Kegiatan apa yang sering membuat anda dan anak kost kumpul?

Diskusi dan makan malam.

Seberapa sering anda diskusi dengan mereka?

Hampir setiap malam

Apakah ada orang lain yang juga ikut dalam diskusi itu?

Ada, anak-anak sering mengajak teman-temannya diskusi disini, tapi saya lupa nama-namanya.

Masalah masalah apa saja yang sering didiskusikan?

Kita rutin diskusi kondisi bangsa, juga kita rutin mendalami Nasionalisme, Sosialisme, dan Agama.

Setelah diskusi, apa yang terjadi dengan mereka? Apakah sejak saat itu, sudah terdapat tanda-tanda mereka akan menjadi tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia?

Saya belum berfikir sejauh itu, karena semangat yang mereka miliki sudah seharusnya dimiliki oleh semua pemuda bangsa ini.

Berapa lama mereka tinggal dirumah anda?

Selama mereka sekolah saja.

Setelah anda keluar dari rumah, mereka mendirikan organisasi masing-masing yang akhirnya berseberangan, pendapat anda?

Perbedaan itu adalah Hikmah kata Rasul. Biarlah, walau saya sempat kesal dengan tingkah Semaun dan Darsono yang bilang saya boros menggunakan anggaran Organisasi, tapi saya tidak menggunakan untuk suap apalagi kepentingan pribadi seperti elit bangsa setelah saya.

Bagaimana pendapat anda dengan orang lain yang beranggapan, bahwa anda sengaja mendidik Alimin, Musso, dan, Semaun untuk mendalami Sosialisme, Soekarno mendalami Nasionalisme, mas Mansyur dan Kartosuwiryo anda fokuskan ke Islam?. Sehingga Alimin Musso dan Semaun memilih Komunisme sebagai jalan pergerakannya, Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia, Mas Mansyur, Agus Salim dan Kartosuwiryo memilih jalan Islam sebagai alat perjuangan.

Itu kan pendapat orang, silahkan saja mereka mau bilang apa, Negara memberikan kebebasan terhadap rakyatnya untuk mengungkapkan pendapat.

Anda sebagai salah satu pemikir Indonesia paling awal dengan proses Islamisasi Ilmu, yaitu Islamisasi konsep Sosialisme Marxist. Yang sering disebut dengan sosialisme Islam. Apa sebenarnya Sosialisme Islam ini?

Pada dewasa ini umumnya dipeluk oleh kaum Sosialis dan juga oleh kaum Communist di negeri-negeri Barat, yaitu yang lumrahnya dosebut wefenschappeliik socialisme (socialisme berdasar pengetahuan) atau disebut Marxisme namanya. Maksudnya uraian ini ialah buat menunjukkan, bahwa kita orang Islam tidak boleh dan tidak dapat menerima segenapnya wefenschappeliik socialisme pelajarannya Karl Marx itu. Meskipun wefenschappeliik socialisme menampak dan mengakui dirinya satu peraturan tentang urusan harta benda (economisch stelsel), tetapi sesungguhnya Marxisme itu sama sekali berdiri di atas dasar cita-cita semata-mata beralasan perkara hikmah belaka (wrisgeerige basis)...
Sosialisme Cara Islam bertujuan untuk melaksanakan kedamaian dan keselamatan berdasarkan pada tafsir kata Islam yang memiliki 4 makna utama, yaitu:
  1. Aslama, maknanya ketundukan. Ketundukan harus diiutamakan kepada Allah, kepada Rasul dan Para nabi serta kepada pemimpin Islam.
  2. Salima, maknanya keselamatan. Kesematan di dunia dan akherat apabila setiap muslim menjalankan ajaran Islam secara sungguh-sungguh.
  3. Salmi, maknanya kerukunan. Kerukunan harus dilaksanakan dan diimplementasikan di antara sesama Muslim.
  4. Sulami, maknanya tangga. Setiap muslim yang menjalankan ajarannya dengan sungguh-sungguh haruslah melalui tingkatan-tingkatan yang bermakna keselarasan dunia dan akhirat sebagai simbol menuju derajat kesempurnaan hidup.
Kurang lebih seperti itulah, lebih lengkapnya silahkan baca buku saya.

Anda sebagai tokoh Islam yang sering mengutarakan Islam keindonesiaan dan Nasionalisme Islam, seperti apakah nasionalisme dalam Islam itu?

Dengan alasan agama itu, kita akan berdaya upaya menjunjung martabat kita kaum bumi putera dengan jalan yang syah.  Menurut dalil dari kitab (kita lupa dalilnya dan namanya kitab tadi, red), orang pun mesti menurut pada pemerintahan rajanya. Siapakah sekarang yang memerintahkan pada kita, bumi putra? Ya, itulah kerajaan Belanda, oleh sebab itu menurut  syara agama Islam juga, kita harus menurut kerajaan Belanda. Kita mesti menepi dengan baik-baik dan setia wet wet dan pengaturan belanda yang diadakan buat kerajaan belanda. “ Setelah itu ia berkata dengan nada lantang“ lantaran diantara bangsa kita banyaklah kaum yang memperhatikan  kepentingannya sendiri dengan menindas pada kaum yang bodoh. Maka kesatriaan kaum yang begitu sudah jadi hilang dan kesatriaannya sudah berbalik jadi penjilat pantat”

Nasionalisme menjadi hal utama modal perjuangan anda, menurut anda apakah pemuda dan mahasiswa saat ini sudah memiliki rasa nasionalisme?

Belum.

Mengapa?

saya pun jika hidup di jaman kalian mungkin akan tergoda dengan godaan angin surga berupa uang dan jabatan, seperti halnya dulu SI tergoda gulden. Pemuda dan mahasiswa sekarang lebih asik dan lebih senang menjadi budak senior mereka, mereka sring terjebak politik praktis, ya walaupun kita itu, memang tidak akan pernah bermain pada ruang yang kosong toh..

Cobalah mahasiswa itu jangan mau kalau disuruh aksi oleh kepentingan orang-orang yang sudah jelas merugiakan bangsa ini, aksi itu harus melalui telaah menadalam dulu jangan asal berangkat kesana. Nanti ditanya maksud dan tujuan mereka apa tidak tahu. Sudah pemimpinnya Blenger, mahasiswanya malah keblinger. Mahasiswa sekarang ngomongin nasionalisme tapi mereka sendiri tidak memahami dengan utuh arti nasionalisme itu sendiri, justru aku pikir mereka lebih faham dengan perkembangan nasionalisme itu sendiri, mahasiswa sekarang memahami Nasionalisme dengan cara-cara pragmatis dan cenderung oppurtunis. 

Demikian hasil obrolan santai dengan maha guru dalam dunia imajinasiku.



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta