Berita Terbaru:
Home » » Bawor yang Terdampar

Bawor yang Terdampar

Written By angkringanwarta.com on Monday, December 26, 2011 | 17:59

Oleh Dede Supriyatna

Ia mulai asing dengan dirinya, asing dengan sekitar, ia merasakan semakin tersisihkan, ia menangis tersedu-sedu, berteriak sejadi-jadinya. Ia bingung apa yang akan diperbuat, ia bimbang, apakah ia akan mengikutinya mereka dengan merelekan dirinya termakan polesan-polesan, atau lebih ekstrimnya ia akan operasi semua jati dirinya dengan membeli intelektual.

Batinnya terus bergejolak, Ia memandangi langit yang masih sama, ia pandangi gunung yang masih sama, ia pandangi lautan yang masih sama. Lantas apa yang telah berubah?

Ia coba nyakini apa yang telah berubah? Ia kembali pandangi, untuk kali ini yang dipandangi adalah orang-orang, ia amati dari ujung rambut hingga ujung ujung kuku jari kaki, ia masih memandangnya begitu dalam adakah yang berubah?

Orang-orang yang dipandangi kembali memandang dan mereka tertawa melihat sosok di hadapan mereka, mereka tertawa begitu puas hingga terpikal-pikal, tak cukup dengan tertawa, mereka mencaci-maki.

Ia semakin tak mengerti dengan mereka, apa yang salah dari dirinya, ia berlari menuju cermin terlihat dirinya terasa tak berubah sedikitpun darinya, tubuhnya masih bertubuh legam, tambun, bermata melotot, dan berjidat nonong.

dalam hati ia berguman, saya adalah Bawor, nama Bawor yang kalian berikan untuk memanggil nama saya, saya tak keberatan diberikan nama Bawor yang bisa diartikan dalam bahasa Indonesia, yakni serakah.

Bagaimana dengan sifat saya, sepertinya saya masih gemar melucu, polos, dan slengean. Tak hanya itu, kalian pernah berujar dibalik fisik saya, bahwa saya jujur, lugas, dan dapat dipercaya, itu juga menurut kalian.

Bahkan tak hanya itu, kalian mengagap diri saya merupakan perwujudan dari kesenian yang menjadi khas Banyumasan. Dan saya masih merupakan Bawor yang berada dalam dunia perwayangan purwogragak Banyumasan.

Memang di lain tempat, nama saya berubah menjadi Bagong, dan sungguh itu hanya nama saja yang berubah, sebab saya merasakan diri saya yang suka berbicara apa adanya, lugas, dan berani tak merubahnya sedikitpun.

Seandainya tak percaya tanyakan saja pada dalang, benarkan dalang? Dalang yang ditanya secara mendadak oleh Bawor atau Bagong nampak kebingungan untuk menjawab, dalang tak punya kata-kata yang tepat untuk menjawab.

Bawor atau Bagong yang merupakan anak kyai lurah Semar mengadukan semedi, ia bersemedi di puncak gunung Slamet, dalam semedinya ia berharap dapat bertemu dengan sosok bijak Semar dan berharap mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan dirinya gundah.

Dalam semidinya, ia melihat sosok yang banyangan dengan tubuh seperti duduk, namun tak duduk, berdiripun demikian, di kepalanya terdapat rambut yang berjambul, ia merasa begitu dekat dengan dirinya, lalu akhirnya dirinya ia menyadari sosok itu adalah sosok Semar.

Semar tersenyum, ia tersenyum dengan kata-kata yang tersendat ditenggorakan, hanya lirih, "Bawor, tempatmu bukan di sini, teralalu sukar hidup di zaman ini, bersabarlah Bawor." Bawor tak mengeriti bahkan bisa dikatakan sama sekali tak mengerti dengan ucapan ayahanda, Bawor berusaha untuk bertanya, namun Semar secapat kilar pergi bersama kepulan asap.

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta