Berita Terbaru:
Home » » Catatan Menjelang Akhri Tahun

Catatan Menjelang Akhri Tahun

Written By angkringanwarta.com on Wednesday, December 28, 2011 | 13:23

Oleh Dede*

Adakah orang berjalan tanpa tujuan?Bisa jadi, jawabannya ada. Bisa jadi orang itu, salah satunya adalah saya. Beberapa
tahun hinggap dan tak kunjung lepas, bergulat dengan rutinitas untuk sebuah asa dengan teror bernama waktu.

Berbicara tentang waktu, acapkali tanpa disadari adanya, dan secara tiba-tiba membawa pada suatu tempat. Semisalnya saja, baru terasa kemarin saya menyaksikan acara penutupan akhir tahun dengan segala gegap gempita, terjebak dalam kerumunan orang, berdiri di tengah-tengah sumpeknya orang-orang yang berjubel dalam satu kendaraan, dengan kemacetan yang begitu dahsyat, lalu apakah penutupan tahun ini akan berlaku hal demikian?

Mungkin ada benarnya, jika saya terjebak dalam peristiwa yang sama dengan segala macam pengulangannya, walau ada yang mendebat dengan ungkapan, bahwa ada yang berubah. Apa yang menjadi berubah, bukan untuk dibahas.

Tapi, kenapa sesuatu itu disebut dengan pengulangan? Mungkin sesuatu itu terjadi dikarenakan kejadian yang sama akan kembali hadir dalam waktu yang berbeda, semisalnya saja beberapa tahun yang lalu terdapat acara ulang tahu, dan beberapa hari lalu saya kembali mendatangi ulang tahun sebuah organisasi. Sebuah organisasi yang tanpa sadar telah berumur 28 tahun, acara ulang tahun yang penuh gegap gempita, sebuah acara yang akan membawa organisasi tersebut kembali membuka halaman baru untuk menatap sebuah masa yang disebut masa depan.

Iya, sebuah masa depan, sebuah masa depan yang seperti apa? Tak ada yang tahu tentang masa depan tersebut, walau telah memberikan catatan khusus untuk hal-hal yang harus dilakukan di masa depan. Masa depan dengan segala macam banyangan atau sebuah harapan untuk melakukan hal-hal yang baik, tanpa kita melihat atau membuka album.

Jikalau ada yang bersifat buruk di masa belakang, saya akan menyebut sebagai PR yang akan diselesaikan di masa depan. Tak usah dikatakan, sebab mungkin andapun akan mengamininya. Walupun terksean saya sok tahu, apalagi jika kata saya adalah untuk merepresentasikan semua orang, atau oranginasi merepresentaiskan oraganisasi, sebab semua orang mempunyai pandangan-pandangan tersendiri perihal album.

Untuk melihat album dan memberikan pemaknaan terhadap konteks Indonesia. Sejujurnya saya bukanlah orang yang tepat, sudah banyak para budayawan, atau politikus atau juga siapapun tanpa embel-embel dibelakang namanya yang memberikan pemaknaan. Tapi, setidaknya saya berharap apa yang saya rasakan secara pribadi menyebar layaknya virus.

Dan agar tidak terkesan hanya sebuah curhatan belaka, maka dalam catatan ini akan diberikan kata Indonesia, Indonesia yang dipimpin oleh sebuah presinden dengan dibantu oleh para awaknya membawa negara Indonsia untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, lantas apakah mimpi-mimpinya terwujud, atau akan menyebut kembali sebagaimana tahun-tahun sebelumnya dengan ungkapan selamat tahun baru, mari kita sambut tahun baru dengan optimis dan kita kubur masa lalu dengan menatap masa depan. Persis apa yang selalu saya sebutakan, kala merasakan kegagalan, dan memandang selalu ada waktu untuk menyelesaikannya.

Berbicara yang demikian, entah mengapa tiba-tiba mengingatkan saya pada ungkapan salah seorang teman, ia mengucapkan dengan sebuah analogi spion. Spion yang diletakan di kedua sisi kendaraan bermotor, hal itu dilakukan agar mempermudah pengendara menatap apa yang terjadi di belakang.

Memang pengendara salah, jika selalu melihat spion, sebab pengendara bisa mengalami kecelakaan karena ia tak tahu apa yang ada di hadapanya. Dan jika pengendara selalu melihat ke depan tanpa melihat spion kecelakaanpun bisa terjadi, karena ia tak pernah tahu apa yang ada di belakangnya.

Lalu bagaimana sebaiknya? Masa lalu bukan untuk dilupakan, atau kata-kata masa lalu bukan sekadar ucapan tentang pembelajaran, atau masa lalu hanya dijadikan kuburan waktu. Tapi, jadikan masa lalu sebagai renungan, telaah, agar kita bisa melihat masa depan.

Lihat saja bagaimana kasus yang melanda di negara yang bernama Indonesia, kasus-kasus kekerasaan tak pernah kunjung usai, korupsi tidak pernah selesai atau sederhana kemacetan tak kunjung usai.

Hal ini terjadi tak lain, karena masa lalu selalu dikubur tanpa proses kreatif untuk menelaahnya, akui kelemahan-kelemahan dari kegagalannya dan jadikan senjata untuk menatap selanjutnya, bukan hanya sekadar masa lalu biarlah masa lalu dan kini mari menatap masa depan.

Lantas apa yang akan dijadikan spion atau lentara untuk melangkah pada masa depan, atau kita hanya berjalan tanpa tujuan, ataukah kita hanya orang-orang yang penuh ego untuk mengakui kelemahan masa lalu.

Dan kita akan kembali mengalami peristiwa-peristiwa yang sama dalam teror waktu. Lalu tinggal tunggu kehancuran. Kurang lebih begitulah apa yang diucapkan seorang sahabat pada saya, dan saya kembali mengucapkanya, ini bukanlah ucapan pesimis atau perasaan pesimis dari perasaan saya. Pada diri saya, saya hanya mencoba mempertanyakan apa yang membuat saya selalu terjebak dalam masalah yang sama?

Dan saya percaya setiap orang mempunyai alat pengeras suaranya masing-masing untuk berbicara, lalu sejauh mana radiasinya? Itu tergantung pada kapasitas yang dimilikinya. sebagaimana untuk Indonesia, Indonesia telah terdapat seorang yang memilik alat pengeras suara yang lebih besar yang bisa didengar oleh seluruh penduduk Indonesia, apakah pemimpin bangsa akan menggunakan filosofi spion dan benar-benar mewujudkan manfaat dari spion?

Tak ada yang bisa mengetahui dengan pasti, sebagaimana dengan saya yang masih terlalu sukar untuk mencoba memaksakan diri untuk menggunakan spion dalam melakukan perjalanan kehidupan ini.

Jika saya benar-benar melakukannya, mungkin saya tak akan terjebak dalam peristiwa yang sama, mungkin juga sama halnya dengan Indonesia yang masih terjebak dalam masalah-masalah yang sama dari tahun ke tahun.

Lalu lembaran-lembaran album tertumpuk di lemari waktu, dengan balutan debu-debu dan kembali mengisi lembaran album dengan peristiwa yang sama, atau bahwkan melangkah tanpa tujuan dan terjurumus dalam kehancuran. Sebab terlampau banyak tumpukan peristiwa-peristiwa, lalu sekadar memeberikan catatan kecil lalu meletakannya di lemari, tanpa ada perasaan malu untuk mengakuinya kesalahanya, jika pada akhirnya peristiwa itu hadir kita hanya cukup dengan beberapa orang yang bertugas untuk memadamkannya, berharap pada para pemadam melerakan diri untuk dijadikan korban dalam memadamkan api peristiwa, harapan terhadapnya kian bertambah dengan memunculkan harapan baru sudah terdapat pemadam.

Sudah ada tumbal untuk memadamkan api peristiwa, kembali harapanpun kian bertambah, menambah besar harapan dengan memandanga, sudah terdapat yang menjadikan saya, kita atau Indonesia berjalan pada jalan yang lebih baik, kita lupa dengan spion. Spion yang alat bantu penting kala kita melakukan perjalanan, sehingga kita melangkah tanpa tujuan.

*Sebuah catatan berupa curhatan.


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta