Berita Terbaru:
Home » » Para Nelayan Tak Melaut

Para Nelayan Tak Melaut

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, February 14, 2012 | 03:24

JAKARTA-Sudah beberapa hari cuaca ekstirm, hal itu berakibat beberapa nelayan di Pelabuhan Muara Angke tak melaut. Mereka pulang kampung dan beralih profesi menjadi petani. Ada juga yang menjadi kuli bangunan, hingga cuaca akan kembali membaik.

Salah satunya adalah Rinto Nurcahya, 53 tahun, anak buah kapal (ABK) dari KM. Surya Permai. Ia mengaku sudah tak melaut hampir lima minggu. "Dari sebelum Imlek, kami sudah datang. Tapi gara-gara musim barat, cuacanya buruk dan gelombang tinggi, jadilah kami di kampung lebih lama," ujarnya (6/1).

Rinto yang berasal dari Tegal, mengaku beralih profesi menjadi petani. "Di kampung, memang ada lahan sawah. Saya jadi petani dulu, bantu-bantu istri. Ini saya baru sampe Jakarta kemarin."

Menurutnya, tiap kali musim barat, atau menjelang perayaan Imlek, cuaca kian tak menentu. Jika di darat hujan hingga angin kencang maka di laut pun demikian.

Biasanya, menurut Rinto, setelah melaut hampir 25 hari lalu bongkaran ikan di Pelabuhan Muara Angke, maka seluruh ABK mendapatkan libur satu atau dua minggu di kampung halamannya sebelum kembali melaut lagi. Namun, waktu lima minggu tak melaut membuat mereka tak berpenghasilan.

Hal ini juga diiyakan oleh ABK KM. Surya Permai lainnya, bernama Parto, 45 tahun. Bahkan untuk menutupi biaya nafkah keluarga ia harus menjadi kuli bangunan. "Karena saya tahu cuaca makin buruk, makanya saja jadi kuli bangunan saja di daerah Pluit," ujarnya, dalam ruang nakhoda kapal.

Ia pun rela tak pulang ke kampung halamannya di Karawang Jawa Barat. Parto melanjutkan selama menjadi kuli bangunan hampir tiga minggu, cukup untuk kirim uang ke keluarganya. "Kalo kita melaut kan kita dapat uangnya Rp 23 ribu per hari. Kalo gak melaut mau makan apa coba anak bini," katanya.

Khusus untuk jenis kapal bubu seperti KM. Surya Permai bisa menangkap ikan hingga dua ton lebih. Di antaranya ikan kakap, ikan kambing-kambing, ikan kue, dan ikan kerapu dengan adanya enam orang ABK satu kapal.

"Besok, setelah Cap Go Meh, kami akan kembali melaut," kata Parto. Lanjutnya, semoga cuaca sudah membaik.

Selain jenis kapal bubu, ada juga kapal besar dengan lampu neon di bagian atasnya. Lampu itu untuk memikat cumi di tengah lautan. Ukuran kapalnya pun lebih besar dari kapal bubu, tentu saja tangkapan ikannya lebih besar.

Roni, ABK dari KM. Bintang Mas juga merasakan hal yang sama. Mereka pun hanya nongkrong di kapal menunggu cuaca kembali membaik. "Kalo pulang kampung, sayang uangnya, jadinya kita tunggu perintah dari kapten saja kapan mau melaut lagi," ujarnya.

Staf Departemen Kelautan dan Perikanan yang kantornya berseberangan dengan dermaga kapal, Ida Rachmawati mengatakan hal yang sama. "Biasanya memang banyak kapal yang minta surat perijinanannya ke kami, tapi hampir sebulan tidak banyak yang minta. Mereka tidak melaut karena cuaca buruk," ujarnya kepada

Lanjutnya, karena masih ada beberapa nelayan yang menunggu cuaca baik di Lampung, pasokan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke juga merosot tajam.

Sepanjang pantauan Detik Senin siang (6/1), jarang ada penjual ikan yang menjajakan dagangannya. Dari depan pintu masuk Muara Angke hingga ke TPI dan kawasan bongkaran ikan, suasana terlihat sepi. Para nelayan terlihat santai dan aktivitas Muara Angke tak ramai seperti biasanya. (M. Faiz, foto Iqbal)




Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta