Berita Terbaru:
Home » » Gagalnya Indonesia Sebagai Agraris

Gagalnya Indonesia Sebagai Agraris

Written By angkringanwarta.com on Monday, February 20, 2012 | 16:02

Setelah lama tak berjumpa, tiba-tiba tanpa terduga sebuah pertemuan hadir. Waktu itu, ia sedang asik online, membuka akun twitternya. Dan ia cukup terkejut atas reaksinya kala disapa dari belakang.

Secepat kilat ia membalikan badan, setelah membalikan badan, ia berujar "Enggak sekalian saja presidennya impor, Indonesia-indonesia semuanya serba impor." Sejenak suasana hening, ia hisap dalam-dalam setelah merasa puas dengannya, ia membuka maka kepulan asap keluar dari mulutnya.

Sebuah pertemuan tanpa terduga terjadi di Warung Internet (Warnet) langgananya, Sanggrahan, Samping UIN Jakarta. Ia meminta untuk duduk disampingnya, lalu ditatap kembali layar monitor, jemarinya beralih memegang moos dengan sebelumnya meletakan rokok pada celah-celah asbak, celah-celah itu mungkin dibuat sengja oleh sang pembuat asbak untuk tujuan meletakan rokok.

Sebuah berbentuk ujung panah dengan ukuran jauh lebih kecil dari ukuran panah sebenarnya, berwarna putih bergerak-gerak. Tanda itu, ia letakan pada salah satu teb, lalu jari manisnya menekan enter.

Maka muncullah sebuah berita yang berbicara tentang impor kebutuhan pokok. Berita itu, ia tatap dalam-dalam, lalu kepalanya menggeleng-geleng, sebuah berita yang sepertinya sengaja dipertunjukan untuk menguatkan argumentasinya perihal impor. "Dan ternyata Indonesia sebagai negara agraris telah gagal," ungkap Abdullah Alawi secara tiba-tiba.

Sesekali ia membuka Twitternya, nampak tulisan "10 neew tweets" lalu ia klik tulisan tersebut, dengan sekitika bermunculan tulisan-tulisan RT@.........., foto seseorang dengan menuliskan "....." Sejenak ia tatap, lalu ia menabah teb lalu ia ketik pada mesin pencari google, sebuah tulisan pidato Soekarano pada peresmian IPB.

Tak lama munculah deretan-deretan seputar artikel, ia pandangi satu-persatu dan salah satunya ia klik, tak beberapa lama munculah sebuah artikel yang diawali dengan kutipan Presiden pertama Indonesia,

Tjamkan, sekali lagi tjamkan, kalau kita tidak “tjampakkan” soal makanan rakjat ini setjara besar-besaran, setjara radikal dan revolusioner,kita akan mengalami malapetaka!”

Pada waktu itu, terbanyang bagaimana Soekarno mengukapkan pidato dengan suara keras, lantang yang dapat membangkitkan semangat orang-orang. Dan Soekarno telah terbanyang bagaiamana Indonesia melihat Indonesia kedepannya.

Maka apabila sekarang Indonesia impor untuk menutupi krisis pangan, atau terdapat wilayah yang mengalami kelaparan. Lalu siapa yang salah? Apakah pemerintah, atau lembaga pendidikan yang gagal untuk mengembangkan pertanian?

Apabila dilihat kelulusan dari tahun dulu hingga sekarang tentunya sudah banyak ahli tani yang dapat mengembangkan pertanian, tapi? Katanya pada angkringanwarta.com

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta