Hampir sebagain orang-orang mengeluhkan kondisi kali yang ada di Jakarta. Dan apabila ditanya bagaimana mereka melihat kali, tentunya hampir sebagaian atau seluruh akan mengukapakan, bahwa kali yang mereka temukan sangat menjijikan, kondisi air yang hitam, bayak tumpukan sampah, bau, sarang nyamuk, belum lagi kala musim penghujan, air kali akan menguap dan berakibat banjir.Dan besar kemungkinan mereka akan mengukapkapkan, jika saja seandai diberi pilihan antara dekat kali atau jauh dari kali, mereka akan memilih jauh-jauh dengan kali.
Namun, apa yang dirasakan oleh sebagain warga Jakarta, ternyata tak berlaku bagi warga Marunda, Cilincin, Jakarta Utara. Pada pagi hari mereka telah berada di kali siap dengan dengan peralatan tangkap ikan, ada yang sebagain membawa jala, panjingan, dan ada juga yang menggunakan serokan.
Kali bagi mereka adalah sumber kehidupan, dari sana mereka menggantungkan hidup dengan cara mencari ikan kali di aluran Kanal Banjir Timur, sebagaimana dijumpai, ( 7/2). Bahkan sebagaian dari mereka merelakan dari mereka merelakan diri untuk berbasah-basahan dengan menaiki sebuah ban sabagi alat pelampung. (Jika ingin melihat bagaimana para pengais rezki di kali, silahkan klik di galeri)
Dari kegiatan yang mereka lakukan dari pagi hari hingga menjelang sore, pada dasarnya telah mendapat larangan. Sebab kawasan tersebut masih merupakan kawsan proyek KBT untuk segala jenis aktivitas tanpa izin resmi termasuk memancing.
Tapi, desakan ekonomi membuat mereka tak pedulikan lagi sebuah larangan, bahakan mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatk ikan sebanyak-banyaknya. Ikan-ikan yang mereka dapat bisa mencapai kisaran 7 kilo ikan nila. Atas apa yang mereka dapatkan di kali yang penuh dengan busa, hasilnya akan dijual setelah menyisakan sebagian untuk dikomsumsi sekeluarga. (Dede, foto Jose)
