Berita Terbaru:
Home » » Pemanfaatan sumber daya air hujan

Pemanfaatan sumber daya air hujan

Written By angkringanwarta.com on Friday, March 23, 2012 | 10:48

Oleh Kurniawan*

Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup termasuk manusia. Air juga sangat diperlukan oleh kegiatan komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perikanan dan usaha perkotaan lainnya. Berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum.

Kebutuhan air di kota lebih digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, terutama untuk keperluan minum.

Penyediaan air untuk masyarakat perkotaan haruslah memperhatikan kebutuhan dari komposisi yang berimbang. Setiap kota memiliki ciri khas tersendiri untuk komposisi kebutuhan air yang diperlukan. Kegagalan memahami kebutuhan air yang diperlukan, dapat mengakibatkan manajemen sumberdaya air berjalan tidak optimal.

Secara umum kebutuhan untuk air minum memerlukan air dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan kebutuhan untuk jenis air lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan perlunya identifikasi ketersediaan air yang ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota.

Berdasarkan siklus hidrologi dapat kita lihat ada beberapa jenis sumberdaya air yang dapat digunakan: di Indonesia, dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu : sumberdaya, air permukaan, air tanah, dan salah satunya adalah air hujan.

Penyebab krisis air antara lain kelemahan biasanya dalam pengelolaan air, seperti pemakaian air yang tidak efisien. Laju kebutuhan akan sumber daya air dan potensi ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam menyediakan air. Biasanya kebutuhan air semakin meningkat ketika perkembangan ekonomi meningkat, pertambahan penduduk meningkat, ini sangatlah mempengaruhi meningkatnya kebutuhan air baik jumlahnya maupun kualitasnya. Sebagai contoh : Keperluan air di daerah perkotaan khususnya, semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi. Air khususnya di daerah perkotaan sekarang sudah merupakan komoditi yang “langka” dan relatif mahal.

Indonesia memiliki curah hujan yang amat tinggi hal inilah yang menjadi penyebab utama ketidakseimbangan dalam ketersediaan air di Indonesia. Kita mungkin sering mendengar istilah `Banjir di kala Hujan dan Kekeringan di Kala Kemarau.

Untuk masyarakat perkotaan, ketersediaan air hujan sebagai salah satu sumberdaya air seringkali terlupakan. Hujan yang turun secara intensif lebih sering dianggap sebagai bahaya banjir yang akan datang daripada sebagai sumber air yang sangat diharapkan oleh masyarakat kota.

Melihat masyarakat Jepang, mereka mempunyai suatu sistem pengumpulan air hujan yang disebut ”ROJISON” sistem ini seringkali digambarkan sebagai simbol perlindungan lingkungan. Air hujan yang berasal dari atap rumah dikumpulkan dalam suatu tangki di bawah permukaan yang terletak di dekat rumah-rumah tersebut. Air ini dapat dipompa dengan menggunakan pompa tangan dan digunakan untuk kasus-kasus darurat seperti kebakaran atau gempa bumi. Pada Musim panas dapat digunakan anak-anak yang kepanasan untuk bermain air dan menyiram tanaman. Sistem Rojison ini dapat kita lihat salahsatunya di daerah di Jepang yaitu Mukojima, dan Tokyo. Air tampungan ini digunakan untuk keperluan perawatan gedung itu sendiri dan tidak digunakan sebagai air minum. (People for rainwater)

Di Indonesia, pengumpulan air hujan sebenarnya bukanlah suatu ide yang baru. Masyarakat di daerah transmigran dan pedesaan yang terletak jauh dari sungai, sudah lama memanfaatkan ide penampungan air. Misalnya di perkotaan, konsep sumur resapan pun menggunakan ide pengumpulan air hujan yang dicanangkan oleh pemerintah indonesia pada tahun 2005.

Kendala dalam pengumpulan air ini adalah kekhawatiran warga kota akan kualitas air hujan. Hujan asam (hujan dengan pH dibawah 5,6) serta kualitas udara kota yang kurang baik sering menjadi penyebab kekhawatiran warga kota untuk menggunakan air ini. Salahsatu upaya pemecahan yang ditawarkan adalah memasang saringan alami sebelum air masuk ke bak penampungan dan mengukur kandungan air tampungan sebelum digunakan dengan menggunakan pengukur kandungan atau kertas lakmus. Jika memang kualitas tidak terlalu baik, air tampungan ini sebaiknya digunakan untuk kebutuhan air baku saja dan tidak diminum. Salahsatu cara untuk mengurangi keasaman air tampungan : Biasanya pada 2-5 menit pertama, air hujan akan membawa kotoran pada atap dan berkondensasi mengandung asam yang tinggi. Upayakan untuk menghindari air hujan ini memasuki bak tampungan, dan perkotaan di Indonesia adalah termasuk salah satu krisis air bersih dunia pada tahun 2025.

Tulisan ini menunjukkan bahwa sebagian kota-kota di dunia, khususnya di Indonesia sedang bergerak memasuki tahapan krisis air bersih. Langkah-langkah persiapan dan pencegahan permasalahan ini haruslah mulai difikirkan dan disiapkan. Langkah ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi krisis air bersih dan dapat dikatakan, berbicara adanya cadangan lebih baik daripada kekurangan air. Apalagi air bersih merupakan pemenuhan kebutuhan dasar di kota. Sebab, kebutuhan air bersih di kota mutlak diperlukan. Tulisan ini mencoba menggugah pembaca untuk mulai memikirkan masalah ini. Jika tidak dilakukan sejak sekarang, maka bisa berakibat krisis air di ota yang berkelanjutan (SAVE OR WATER).

*Penulis adalah kontributor ankringanwarta



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta