Berita Terbaru:
Home » » Metode Palstikisasi, Atasi Masalah Petambak

Metode Palstikisasi, Atasi Masalah Petambak

Written By angkringanwarta.com on Thursday, May 31, 2012 | 02:23

Para petambak udang di Pantai Utara (Pantura) selalu menghadapi masalah yang berakibat gagal panen. Masalah tersebut adalah kualitas air yang selalu berubah, air keruh (koloid), pertumbuahn lambat, kerbehasilan tidak menentu, penyakit, kandungan nitrit tinggi, lumpur tinggi, dan infraktruktur tidak baik.

NAMUN, setiap masalah pasti ada solusinya. Itulah yang dilakukan Mimin Hermawan, seorang petambak dari Desa Patimban, Subang, Jawa Barat. Dalam mengatasi masalah itu, Mimin menggunakan metode plastikisasasi.

Kini, metode tersebut dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). “Metode itu kita terapkan dalam program revitalisasi tambak udang di kawasan Pantura,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Subiakto ketika berbicara dalam Forum Udang Nasional di Convention Centre Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat.

Mimin menjelaskan, plastikisasi atau metode plastik adalah berupa revitalisasi tambak udang intensif dengan menggunakan plastik mulsa. “Metode ini sangat mudah," jelas Mimin saat memberikan presentasi dalam forum tersebut.

Dengan metode itu, mampu menekan serangan bakteri, sehingga tingkat hidup udang bisa mencapai 85 persen. Sehingga, kemungkinan terjadinya gagal panen sangat kecil, yaitu sekitar 0-5 persen. Pasalnya dengan menggunakan plastik mulsa, maka akan terjadi kontak air dengan tanah, sehingga kondisi air benar-benar steril dan menghasilkan zat probiotik.

Selain itu, tambah Mimin, metode tersebut dapat menghemat ongkos produksi. Harga plastik mulsa Rp 1.500 per meter, atau jauh lebih murah ketimbang terpal jenis HDPE (high density polyethylene) yang minimal seharga Rp 13.000 per meter.

Menurut pemilik tambak sebanyak 14 tambak seluas 8 hektar, saat ini tambak yang dimilikinya mampu menghasilkan udang ukuran 70 ekor per kilogram dalam waktu 65 hari. Produksi udang mampu ditingkatkan, dari yang semula dengan sistem tradisional sebanyak 100-300 kg per hektar menjadi 40 ton per ha dengan sistem intensif


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta