Berita Terbaru:
Home » » Pendidikan: Butuh Penyegaran?

Pendidikan: Butuh Penyegaran?

Written By angkringanwarta.com on Sunday, August 05, 2012 | 13:15

Oleh Abdullah Nuri*


Melihat realitas pendidikan di Indonesia memang kurang mengenakkan. Hal itu terlihat jelas dengan masih banyaknya persolaan yang seolah tak pernah rampung terselesaikan. Mulai dari praktik komersialisasi, biaya tinggi, dan masih merajalelanya praktik korupsi dana pendidikan. Sadar atau tidak, kondisi ini berimplikasi pada melambatnya perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia. Pertanyaannya adalah, masihkah harapan itu ada?

Tentu bukan perkara gampang menjawab pertanyaan diatas. Sadar, realitas persoalan pendidikan di tanah air memang bukan sekarang saja, bahkan telah berlangsung dan berlarut-larut sejak lama. Butuh adanya kemauan dan terobosan besar untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik.

Mengutip buah pemikiran Aan Rukmana, Pembina Komunitas Katalogue, mengatakan, “Perlu adanya gerakan sosial untuk mewujudkan pendidikan murah/gratis, dan pemuda sebagai penggeraknya. Tidak lain agar pendidikan lebih bisa diakses semua kalangan untuk terwujudnya masa depan Indonesia lebih baik.”

Mungkin Anda pernah mendengar Gerakan Indonesia Mengajar, gerakan kesadaran yang konsen dalam dunia pendidikan. Sebuah gerakan pendidikan yang dipelopori oleh Anis Baswedan, dengan melibatkan generasi muda sebagai roda penggeraknya yang menempatkan para relawannya di seluruh pelosok Nusantara. Sebuah upaya kerja nyata memperbaiki wajah muram pendidikan bangsa. Inilah yang Indonesia butuhkan sekarang.


Baru-baru ini penulis mendapati berita terkait berlangsungnya pendidikan “gratis”, dijalankan oleh beberapa aktivis remaja masjid Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) bersama Yayasan Islam Al- Hakim (YIA). Dengan bermodal berpeluh dan semangat jihad (berjuang), mereka mendirikan TPA AAS (Aku Anak Sholeh). Sebuah pendidikan dengan konsep pengembangan sekolah binaan perkampungan kumuh/pemulung di kawasan Ciputat. Adapun peserta didik adalah mereka yang secara ekonomi lemah maupun sosial.

Bahkan penulis dibuat tercengang ketika mendapatkan kabar bahwa kini mereka telah memiliki anak didik yang tidak kurang dari 90 orang, tersebar di empat titik. Jumlah yang tidak sedikit. Menarik adalah proses berjalannya kegiatn tersebut berselang tidak lebih dari 2 tahun berjalan. Dengan waktu singkat mereka berhasil mengembangkan sekolah binaan “gratis”.

Penyegaran semacam inilah yang dibutuhkan, terlebih jika kita masih menaruh harapan perubahan nasib pendidikan Indonesia kedepan. Diperlukan adanya gerakan muda yang menginspirasi sekaligus memainkan peran dalam waktu bersamaan. Kritik itu baik, alangkah lebih bijak rasanya jika kritikan disertai dengan tindakan, sebagaimana peranan yang telah dimainkan Gerakan Indonesia Mengajar, IRMAFA dan YAI. Alangkah menggembirakan.
Rasanya tidak berlebihan bahwa harapan (benar) itu ada!


*Penulis adalah mahasiswa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta