Berita Terbaru:
Home » » Idealisme 100 Ribu

Idealisme 100 Ribu

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, September 11, 2012 | 11:55

Oleh Rizqi Jong Java*

Iwan (nama samaran) adalah aktivis kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terkenal sangat idealis, bahkan saking idealisnya segala sesuatu yang dirasanya kurang pas, baik mengenai peraturan atau kebijakan kampus, selalu dikritik. Tak segan-segan ia menggerakkan para rekan mahasiswa untuk melakukan demonstrasi guna menentang peraturan atau kebijakan yang dirasanya menyimpang.

Tak heran, ia diakui oleh segenap sivitas akademika sebagai sosok yang berani, pantang menyerah, dan senang membela yang tertindas. Sebagai mahasiswa, Tan Malaka dan Soe Hok Gie pun dijadikan sosok yang paling dikagumi. Buku-buku seperti Madilog dan Catatan Seorang Demonstran sudah ia baca.

Tak hanya sampai di sana. Sebagai pribadi yang cerdas, senang bergaul dan berwawasan luas, Iwan juga mempunyai pandangan bahwa korupsi akan membuat rakyat semakin sengsara, karenanya ia sangat membenci koruptor. Segala ide dan pemikirannya, membuat beberapa orang kagum padanya.

Namun setahun setelah turun dari jabatan organisasi, Iwan lebih banyak termenung memikirkan keadaan dirinya yang belum juga mendapatkan pekerjaan. Akademis yang belum rampung menjadi beban, apalagi biaya kuliah yang terus berjalan ditambah dengan rokok yang tiap hari ia beli.

Karena dirasa sudah dewasa, Iwan pun enggan meminta uang kepada orang tua. Entah berapa puluh surat lamaran yang sudah ia kirimkan, tetapi belum juga ada jawaban. Hingga pada suatu hari, ia dengan terpaksa menerima tawaran menjadi tim sukses salah satu calon Gubernur DKI Jakarta.

Bayaran Rp.100.000,- per hari menjadi nilai besar bagi mahasiswa. Keadaan tersebut perlahan membawa Iwan pada kehidupan ekonomi yang semakin membaik dan terus membaik. Hingga akhirnya, tanpa disadari, Iwan mulai meninggalkan idealismenya yang dulu dan lebih banyak berkompromi dengan keadaan.

Jujur saja, Iwan tak ingin mengulang kehidupannya yang serba sulit dengan keadaan ekonomi yang serba pas-pasan. Karenanya, ia rela meninggalkan semua mimpinya zaman dulu yang baginya kini hanyalah sebuah impian kosong.

Bagaimanapun menurutnya, kebutuhan untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya adalah yang terpenting, entah bagaimanapun jalannya. Dan kini jalan itu terbuka dihadapannya.


*(Penulis adalah Mahasiswa Tarbiyah UIN Ciputat)


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta