Melalui buku yang ditulisnya, dia ingin memberikan sinyal kepada para tokoh pemimpin bangsa ini baik di DPR, MPR maupun pemerintah agar tidak melupakan rumah besar bangsa ini yaitu NKRI.
“Saya menulis buku ini, karena saya enggak mau negara ini menjadi negara gagal,” jelasnya saat mengisi acara di konferensi nasional “Pemuda Indonesia dan Ancaman Disintegrasi Bangsa”, UIN Jakarta, Rabu (3/4).
Semoga saja, lanjutnya, dengan buku ini dapat menyadarkan para pemimpin bangsa ini agar tidak terkotak-kotak dalam sebuah kamar. “Keluar dari kamar itu ada ruang tamu, ruang dapur dan lainnya. Ada rumah besar yang namnya NKRI,” ungkap penulis buku Menghadang Negara Gagal: Sebuah Ijtihad Politik”
Pasalnya, kata dia, para elit politik yang menjadi faktor utama sebagai penyebab kegagalan negera ini “Seandainya saja mereka mau berfikir secara jernih, ada sikap negarawan, maka negara ini akan semakin baik,” katanya.
Dia juga mengajak agar para pemimpin bersedia kembali ke pancasila seperti yang diciptakan bapak pendiri bangsa. “Coba kita hayati sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, bangsa ini harus dipimpin oleh orang-orang yang mempunyai hikmah. tidak akan melanggar aturan. “Hikmah itu datangnya dari Tuhan kalau sudah mendapatkan hikmah maka dia bijaksana dan mencintai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” cetusnya.
Sayangnya, bagi Adhyaksa hingga saat ini belum ada kesungguhan dari pemimpin nasional untuk membenahi kepentingan publik. Kebijakan yang dirintis pemimpin-pemimpin sebelumnya banyak diubah ketika berganti pemimpin. Reformasi pun sudah kehilangan arah dan liberalisasi. (Jong)
