Berita Terbaru:
Home » » Ketika Jerman Menguasai Eropa (Lagi)

Ketika Jerman Menguasai Eropa (Lagi)

Written By angkringanwarta.com on Saturday, May 25, 2013 | 16:35


Saya bukanlah orang yang tahu banyak tentang persepakbolaan Jerman. Beberapa teman saya yang penganut mazhab hipster football jauh lebih ahli dalam persepakbolaan Jerman. Namun ada sebuah hobi baru yang saya lakukan setiap malam dalam seminggu terakhir ini: yakni menonton rekaman pertandingan final Liga Champions yang dijuarai oleh tim-tim Jerman di youtube. Mulai dari final tahun 1974 yang dimenangkan oleh Bayern Muenchen, yang juga kemudian memborong trofi dua kejuaraan berikutnya. Sampai final tahun 2001 di San Siro yang pernah saya saksikan dulu di televisi.

Menjelang partai All-Germans Final nanti malam antara Borrusia Dortmund vs Bayern Muenchen, saya akan mencoba sedikit mengenang tiga final UCL terakhir yang pernah dijuarai oleh klub Jerman. Karena yang dibicarakan di sini hanya final yang pernah dimenangkan klub Jerman, maka tidak ada cerita tentang Eintracht Frankfurt, Borussia Mönchengladbach atau Bayer Leverkusen. Mohon maaf jika ada fans Bayer yang kecewa hehe…

UCL 1982-83: Hamburg vs Juventus

Di pertengahan tahun 70’an sampai awal 80’an, Hamburg menjadi salah satu kekuatan yang ditakuti di Eropa. Bersama Felix Magath mereka berhasil meraih trofi Bundesliga musim 1981-82. Trofi inilah yang kemudian membuat Hamburg berhak berlaga di Piala Champions Eropa, sampai akhirnya mereka berhasil mencapai partai final di Athena melawan Juventus.

Juventus yang di babak perempat final mengalahkan juara bertahan Aston Villa, difavoritkan dalam partai final ini. Skuad si Nyonya Tua diisi oleh para pahlawan yang membawa Italia menjuarai Piala Dunia 1982 seperti: Dino Zoff, Claudio Gentille, Antonio Cabrini, Gaetano Scirea, Marco Tardelli dan Paolo Rossi.
Hamburg yang dilatih oleh Ernst Happel berhasil membuka keunggulan lewat gol cantik Felix Magath. 

Juventus terus mencoba untuk membalikan kedudukan, namun Michel Platini yang terlalu banyak bermain di depan gagal untuk mencetak gol yang dibutuhkan. Skor 1-0 berhasil dipertahankan Hamburg sampai akhir pertandingan. Untuk pertama kalinya sejak 1976, trofi Piala Champions tidak jatuh ke tangan klub-klub Inggris.

Inilah trofi Piala Champions (kemudian menjadi Liga Champions) yang berhasil diraih Hamburg untuk pertama dan terakhir kalinya. Sebelumnya di tahun 1980 mereka hanya berhasil mencapai final namun kalah oleh Nottingham Forest.

UCL 1996-97: Dortmund vs Juventus

Mungkin ini adalah salah satu cerita paling manis yang dialami oleh sebuah tim underdog. Walaupun final digelar di negara asal Dortmund, yaitu Jerman, namun Juventus tetap diunggulkan dalam final ini. Juventus saat itu menjadi simbol dari kekuatan sepakbola Eropa.

Dortmund unggul lebih dahulu lewat gol dari Karl-Heinze Riedle di menit ke 29, memanfaatkan umpan dari Paul Lambert. Riedle kemudian menambah keunggulan Dortmund menjadi 2-0 lewat sundulannya pada menit ke 34.

Juventus terus mencoba mengambil inisiatif pertandingan. Alessandro Del Piero yang masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua, sempat menghidupkan peluang Juventus untuk menjuarai pertandingan lewat gol back-heel nya di menit ke71.

Namun beberapa menit kemudian, Lars Ricken mematikan peluang Juve tersebut. Masuk sebagai pengganti di menit 70, ia langsung mencetak gol cantik 16 detik kemudian. Zinedine Zidane yang selama pertandingan ditempel ketat oleh Paul Lambert gagal untuk membawa Juventus menjuarai turnamen tersebut. Gelar yang berhasil diraih oleh Dortmund ini menjadi yang pertama kali diraih oleh klub Jerman semenjak Jerman Barat dan Timur bersatu.

UCL 2000-01: Bayern Muenchen vs Valencia

Dari tahun 1974 sampai 1976, Bayern Muenchen menguasai Eropa dengan berhasil menjuarai Piala Champions tiga kali berturut-turut. Namun setelah 1976, mereka tidak berhasil menggenapkan jumlah trofi mereka menjadi empat. Tiga kali berhasil masuk ke final, namun ketiga-tiganya gagal karena dihempaskan oleh Aston Villa, Porto dan Manchester United. 25 tahun berselang setelah 1976, kesempatan untuk menambah gelar itu datang lagi kala mereka berhasil melaju ke puncak Liga Champions melawan Valencia di San Siro, Milan.

Pertandingan ini kadang disebut “All Penalty Final”. Jelas saja karena semua gol dalam pertandingan ini berasal dari titik putih. Gaizka Mendieta membuka keunggulan bagi Valencia di menit ketiga setelah bola mengenai tangan Patrick Andersson di kotak terlarang. Beberapa menit kemudian, Bayern juga mendapat hadiah penalti setelah Jocelyn Angloma melanggar Stefan Effenberg. Namun eksekusi dari Mehmet Scholl berhasil dimentahkan oleh Santiago Canizares.

Di awal babak kedua, kembali Bayern mendapat hadiah penalti akibat handball dari Amedeo Carboni. Kali ini, Stefan Effenberg, - yang dari tampangnya lebih pantas jadi pegulat WWE-, berhasil melesakan bola ke jala Canizares dan membuat skor menjadi 1-1. Skor ini bertahan terus sampai waktu normal berakhir.

Babak extra time dilalui tanpa ada gol tambahan. Ini berarti jantung dari kedua fans akan disiksa melalui adu penalti. Penendang pertama Bayern, Pauolo Sergio gagal mengeksekusi bola, sementara penendang pertama Valencia, Mendieta berhasil. Namun tiga eksekutor Valencia yaitu: Zahovic, Carboni dan Pellegrino gagal melesakan bola ke gawang Oliver Kahn. Sementara dari Bayern berhasil semua kecuali Paulo Sergio dan Andersson. Ini berarti Bayern Muenchen berhasil memenangkan pertandingan dan menambah koleksi trofi tertinggi Eropanya menjadi empat.

Nanti malam, untuk pertama kalinya All Germans Final akan digelar di final Liga Champions. Wembley akan menjadi saksi apakah Bayern akan mengucapkan “We Won it Five Times” ataukah Dortmund menambah gelarnya menjadi dua.


Penulis: Reza Fajri
Twitter: @rezafajri



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta