Ada pepatah
mengatakan gajah mati meninggalkan belalainya, harimau mati meninggalkan belang,
sedangkan jika manusia wafat maka ia akan meninggalkan amal perbuatan. Pepatah
tersebut pantas disandangkan pada ketua MPR, Taufiq Kiemas.
Iya, suami dari
Presiden RI ke-5 dinyatakan wafat di Rumah Sakit Singapore General Hospital,
Singapura, Pukul 18.05 WIB mewariskan semangat ‘Empat pilar’ kebangsaan untuk genarasi
muda penerus bangsa, selain tentunya rasa duka bagi yang ditinggalkan
.
Semangat mempromosikan
empat kebangsaan inilah yang membuat kesehatan pria kelahiran Jakarta, 31 Desember 1942 Bahasa Dari pasangan
Tjik Agus Kiemas (Sumetera Selatan) Dan Hamzathoen Roesyda (Minangkabau) terpaksa
dirawat di Singapura hingga mengembuskan nafas terakhir.
Sebagaimana
diketahui, Taufiq sempat mendatangi Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) akhir pekan
lalu, untuk memperingati hari kelahiran Pancasila. Dalam acara tersebut, ia tak
tak lelahnya memperjuangkan empat pilar.
Soal warisan
Taufiq berupa ‘empat pilar’ Kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, Dan NKRI setidak kembali menyegarkan ingatan masyarakat mengenai bagaimana
bangsa ini disatukan.
Demikian disampaikan
Hanta Yuda Pengamat Politik Dalam, Siaran langsung oleh salah satu stasiun TV.
Hanta menilai, setelah zaman reformasi bangsa ini seakan telah melupakan
bagaimana pilar-pilar kebangsaan yang telah digagas pendiri bangsa. Padahal,
lanjutnya, sulit dibanyangkan jika Indonesia tanpa empat pilar tersebut.
Ia pun menegaskan,
Taufiq setidaknya telah berhasil membawa kembali semangat empat pilar ke
ingatan masyarakat. “inilah warisan
terakhir Tuafiq untuk bangsa Indonesia,”imbuhnya.
Untuk itu, Hanta
menilai Taufiq bukan halnya sebagai politisi, ia juga layak dikatakan sebagai Negarawan.
Adapun perbedaannya, lanjutnya, yang paling sederhana adalah jika negerawan setidaknya
dapat diartikan ada sesuatu yang disiapkan untuk regenarasi.
Selain itu, Hanta
menilai kemampun Taufiq terliha dalam hal kamunikasi politik. Menurutnya, Taufiq
berhasil menjebatani perbedaan politik antara PDIP dengan partai yang lain. Ia
sempat mengunjungi kediaman Presiden SBY meskipun partai PDIP dengan Demokrat
selalu bersebrangan. Hal inilah, lanjutnya, jarang dimiliki oleh politikus.
Biasanya, lanjut
dia, jika partai politik berbeda pandangan maka ia akan nampak sekali
permusuhannya. Namun, Taufiq berhasil mengikis perbedaan tersebut. “Perbedaan
merupakan hal yang wajar, namun bukan berarti harus bermusuhan. Empat pilar
inilah sebagai pemersatu.
Kemampuan Tufiq
dalam hal komunikasi juga diakui Pengamat
Politik lainnya, Mada Kuskridho Ambardi. Ia menilai, Taufiq berperan penting
dalam menjembatani komunikasi politik antara PDIP dengan elite politik serta
pemerintah di Indonesia. "Taufiq Kiemas piawai untuk menjembatani
komunikasi PDIP ke luar, seperti dengan Demokrat atau Presiden," ujarnya.
Menurutnya, tidak
mudah mencari pengganti Taufiq dalam mengimbangi gaya politik Ketua Umum PDIP
Megawati Soekarno Putri di partai tersebut."Megawati adalah sosok yang
menjadi pusat gravitasi dan titik keputusan di PDIP. Namun, Taufiq Kiemas dapat
mengimbangi istrinya," imbuhnya.
DS/Berbagai Sumber