Berita Terbaru:
Home » , » Dibalik Kerusuhan Massal, Mei 98

Dibalik Kerusuhan Massal, Mei 98

Written By angkringanwarta.com on Wednesday, June 05, 2013 | 12:30

Oleh Aditia Purnomo*



Pada tahun ini, reformasi telah berjalan selama 15 tahun. Dalam rangka memperingatinya, berbagai pihak melakukan seremoni-seremoni. Tujuannya tak lain guna mengingat salah satu peristiwa paling bersejarah bagi perjalanan bangsa.

Misalnya, mahasiswa Trisakti memperingati dengan cara i turun ke jalan guna. Begitu pula Fadli Zon yang menerbitkan ulang buku “Politik Huru-Hara Mei 1998” dan membedahnya di perpustakaan Nasional beberapa waktu lalu.

Dalam bukunya, Fadli Zon mencoba menarasikan peristiwa yang terjadi 15 tahun lalu. Dimulai dengan krisis skonomi Thailand, lembaga moneter internasional (IMF) mencoba menawarkan obat untuk menyembuhkan perekonomian nasional yang terkena dampak krisis. Sayangnya, ‘obat’ yang ditawarkan IMF tidak sesuai dengan penyakit kronis ekonomi nasional.

Dengan “obat” tesebut, IMF justru menggembosi kekuatan ekonomi serta politik Indonesia. Akibatnya, krisis yang terjadi kian dahsyat dan memberi dampak yang sangat besar bagi stabilitas Negara. Saran-saran IMF yang dilakukan pemerintahan Soeharto, seperti liberalisasi perdagangan, privatisasi aset, serta mencabut subsidi BBM justru menjadi senjata ampuh untuk melumpuhkan perekonomian Indonesia.

IMF kian memperburuk keadaan dengan adalah penutupn 16 bank swasta. Penutupan tersebut berujung pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor, perbankan akhirnya jatuh dan masyarakat memilih untuk menarik uangnya dari perputaran ekonomi nasional. Dampaknya, harga rupiah jatuh, inflasi yang melonjk sangat tajam, dan kemiskinan merajalela.

Akibat kekauacan ekonomi inilah, ketidakpercayaan golongan masyarakat, khususnya mahasiswa terhadap pemerintahan Soeharto semakin jatuh. Gerakan massa yang digalang mahasiswa sejak paruh kedua 1990 semakin menjamur dan memanas. Aksi mahasiswa semakin menjadi dan menemukan momentumnya setelah gugurnya empat mahasiswa Trisakti tewas tertembak aparat saat melakukan aksi di Grogol.

Tumbangnya empat mahasiswa Trisakti membuat suasana panas menular ke seluruh penjuru Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Gerakan massa semakin massif dan kerusuhan terjadi. Kerusuhan yang terjadi pada tanggal 13, 14, dan 15 Mei hampir membuat Jakarta lumpuh, baik secara ekonomi, sosial, maupun politiknya.

Usai kerusuhan tadi, lalu diikuti kekisruhan politik di Pemerintahan.. Orang-orang yang tadinya berada di barisan pendukung Soeharto banyak menarik diri. Beberapa menteri di kabinet menyatakan mundur. Orang-orang yang harusnya bertanggungjawab atas Tragedi Mei 1998 pun menolak dipersalahkan.

Jendral Wiranto, sebagai Panglima angkatan  bersenjata (Pangab) menolak secara tegas atas tragedi Trisakti. Ia malah mempersalahkan mahasiswa dengan menuding mereka melakukan aksi di luar kampus hingga kemudian aksi berakhir anarkis.

Masih dalam bukunya, Fadli Zon juga menuding terjadi pembiaran atas terjadinya kerusuhan oleh pihak tertentu yang menginginkan Soeharto lengser dari kekuasaannya.

Meski buku ini merupakan cetak ulang yang kesebelas, namun buku ini masih mampu menyegarkan kembali ingatan kita akan tragedi Mei 1998. Rekomendasi diberikan kepada para generasi muda untuk membaca buku ini karena dengan buku ini, Fadli Zon berupaya mengungkap latar belakang terjadinya kerusuhan dan siapa yang harus bertanggung jawab.

JUDUL :Politik Huru-Hara
PENULIS : Fadli Zon
PENERBIT : Fadli Zon Library
CETAKAN : XI- Mei 2013; Cetakan Pertama 1-April 2004
ISBN : 979-602-7898-02-8
TEBAL : x + 186 halaman


*Penulis adalah Mahasiswa UIN Jakarta Semester Akhir



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta