Berita Terbaru:
Home » » Apakah ini yang Disebut Prestasi, Iberamsjah?

Apakah ini yang Disebut Prestasi, Iberamsjah?

Written By angkringanwarta.com on Thursday, October 10, 2013 | 09:17

Oleh Adit*

Menyimak apa yang prediksi tulisan sebelumnya,  soal komentar para pengikut setia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas utang negara (Silakan klik disini)? Apakah tak perlu sekalian dipertanyakan juga apa yang perlu disanjung dari SBY?

Jika politisi Demokrat, Ruhut Sitompul yang memberikan sanjungan, sepertinya wajar saja. Untuk alasanya, tak perlu dipertany
akan lagi.

Lalu bagaimana jika sanjungan itu datang dari akademisi asal Universitas Indonesia, Iberamsjah. Sebagaimana yang sering kali diberitakan berbagai media, pengamat politik ini acap kali melontarkan kritik pedas terhadap Gubernur DKI Jakarta berserta wakilnya?

Menurutnya, Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi belum melakukan kerja nyata dalam membangun Jakarta. Blusukan yang dilakukan Jokowi, lanjutnya, hanya sebagai upaya pencitraan, mulai dari aksinya masuk ke gorong-gorong hingga melihat tumpukan sampah di pinggir pintu air Manggarai.

Maka jika Jokowi berhasil maju sebagai calon presiden 2014, itu karena Jokowi hanya unggul di pemberitaan media massa setiap harinya. "Yang membuat elektabilitas Jokowi di survei itu naik dan maju menjadi capres itu kan karena pemberitaan pers media. Kalau kinerja, jangan ditanya lagi, masih berantakan," kata Iberamsjah .

Bahkan, Ibermansjah pun membandingkan Jokowi dengan SBY. Dia menegaskan, Jokowi tidak akan bisa mengikuti jejak Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi presiden jika hanya berdasarkan popularitas. Demikian dikatakan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah (RMOL, Senin, 22/7).

Iberamsjah menyebut Jokowi hanya bermodalkan popularitas semata tanpa adanya prestasi yang bisa dibanggakan. Sedangkan SBY, lanjutnya, bisa menjadi presiden bukan hanya bermodal popularitas tapi didukung oleh track record dan prestasi  mumpuni yang tercatat sejak dia menjadi taruna. "Tidak bisa kita menyamakan SBY dan Jokowi. Itu ibarat bumi dan langit. SBY sebelum menjadi presiden popularitasnya didukung oleh fakta bahwa dia adalah sosok yang cerdas dengan segudang prestasi," kata dia.

Lantas adakah presetasi SBY saat menjabat Presiden untuk bangsa Indonesia (bagi yang mengetahui, silakan kirim apa saja yang menjadi prestasi beliau).  Selanjutnya, bagaimana dengan laporan yang dirilis LSM Fitra tentang utang Indonesia. Per Mei 2013, utang Indonesia sudah mencapai 2.036 triliun. Dalam waktu cuma enam bulan, hutang Indonesia bertambah Rp 186 triliun.

"Hasil LKPP (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat) yang diterbitkan oleh BPK tahun 2012, dimana pada akhir Bulan Desember 2012, utang RI baru mencapai Rp 1.850 Triliun," kata Direktur Investigasi dan Advokasi FITRA Ucok Sky Khadafi dalam rilisnya, Rabu (17/7/2013).

Ibermansjah, masihkan kau menyanjungnya?
Persoalan sanjung-menyanjung itu adalah hak bagi siapa pun, termasuk bagi mereka yang terbuai dengan atas apa yang kau sebut sebagai pencitraan Jokowi. Bukan kah hal demikian juga kau lakukan?

Maka, kiranya sudahi saja mana yang lebih layak untuk mewakil permainan sanjung-menyanjung. Soalnya, sudah bukan waktunya lagi suara diawakili oleh siapa. Atau mungkin lantara beban moral yang sehingga merasa terpanggil untuk turun untuk memberikan penyadaran.

Sepertinya halnya dengan ungkapamu, saya sepakat bahwa memang sosok Jokowi tak bisa disamakan dengan SBY, bahkan begitu jauh perbedaannya. Tak perlu alat ukur atau penggaris untuk mengukur sejauh mana perbedaan kedua tokoh tersebut.

*Penulis aktiv di warung kopi

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta