Berita Terbaru:
Home » , » Selamat Memaknai Sumpah Pemuda

Selamat Memaknai Sumpah Pemuda

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, October 29, 2013 | 14:02


Oleh Arlian Buana Chrissandi

Kehidupan selalu punya banyak warna. Apa-apa yang terjadi di bumi manusia ini takkan pernah habis untuk ditulis. Terlalu banyak hal yang bahkan seringkali luput ditulis.Apa yang terjadi di sekitar kita tidak selamanya berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, dari tempat lain, dari belahan bumi yang lain. Apa yg terjadi disana, berpengaruh untuk kita disini. Kadang sebaliknya. Semuanya berjalin-kelindan. Sangat langka sesuatu terjadi tanpa pengaruh-mempengaruhi dengan sesuatu yang lain.

Kolom ini saya niatkan sebagai ikhtiar mencatat segala yang terjadi di sekitar kita, yang barangkali remeh-temeh, tapi tidak pernah berdiri sendiri. Sesuatu di luar sana mempengaruhi atau terpengaruh olehnya.

Siapa tahu catatan-catatan ini memberi cara pandang yang berguna untuk sekadar melihat persoalan hari ini dengan lebih jernih. Siapa tahu catatan-catatan ini akan bermanfaat kelak di kemudian hari. Siapa tahu.

Kolom mingguan ini barangkali akan lebih banyak bicara politik, berbagai peristiwa politik. Tidak buruk, bukan?

Baiklah, jika memang menurut Anda topik ini buruk. Saya tidak akan menyalahkan Anda, teman-teman Anda atau nenek moyang Anda jika menganggap topik ini topik sampah. Percayalah, Anda seperti kebanyakan manusia lain yang merasa tidak perlu mempedulikan politik sama sekali.

Lihatlah angka golongan putih dalam berbagai pemilihan umum yang tidak pernah rendah. Setidaknya itu adalah teman seperjuangan anda yang meyakini bahwa politik adalah kegiatan yang sia-sia.

Tapi tidak pernahkah Anda sadar mengapa di media cetak yang Anda baca,media televisi yang Anda tonton, berita politik selalu saja jadi laporan utama? Bukan berita band K-Pop kesayangan Anda. Bukan gossip perselingkuhan artis sinetron kesayangan Anda. Tidak pernahkah Anda bertanya kemana uang pajak yang Anda bayarkan, oke, yang orang tua Anda bayarkan?

Memang, bicara hal-hal ringan selalu lebih menyenangkan ketimbang ngomongin politik yang konon penuh intrik, njlimet lagi berat. Lebih enak berbincang tentang kalimat-kalimat mesra yang diucapkan tokoh film daripada apa yang keluar dari mulut Sutan Bathoegana. Tapi tak pernahkah sekalipun Anda terpikir bahwa kondisi politik negeri ini sangat berpengaruh terhadap hubungan Anda dan sang pacar? Bayangkan misalnya, ini misal, ekonomi negara terkoyak seperti yang terjadi pada tahun 1998, kerusuhan terjadi dimana-mana akibat pemerintah tak bisa menguasai keadaan. Bukankah Anda dan pacar Anda pun akan merasakan imbasnya? Dan ingatlah uang pajak yang Anda, -err, orang tua Anda bayarkan yang jumlahnya tidak sedikit itu. Itu semua disetorkan untuk penyelenggaraan negara. Konyol sekali jika Anda tidak lagi peduli uang itu diapakan oleh para pejabat.

Stendhal, dalam The Charterhouse of Parma, pernah menulis: "Politik dalam karya sastra adalah tembakan pistol di tengah-tengah keramaian konser, kejadian kasar yang tak seorangpun bisa acuhkan. Kita akan bicara tentang hal yang paling buruk." (Politics in literary work are pistol-shot in the middle of a concert, a crude affair though one impossible to ignore. We are about to speak of very ugly matters.)

Ya, politik tak pelak lagi adalah hal paling buruk untuk diperbincangkan, dalam karya sastra, dalam kencan sepasang kekasih. Tapi  Stendhal juga benar di lain pihak, tak seorang pun bisa mengabaikannya, karena ia meliputi semua orang. Yang tidak peduli bisa-bisa tidak selamat, yang tidak peduli bisa-bisa tidak kebagian.

Mau tak mau, politik hadir sampai meja makan dan tempat tidur kita, dalam kencan dan buku sastra yang kita baca. Baiklah, Lupakan sejenak percakapan tentang politik. Kembali ke soal kolom ini. Sebenarnya, saya dan pemimpin redaksi Angkringan Warta telah bersepakat mengenai kolom rutin yang akan saya tulis sejak sebulan yang lalu. Tapi dikarenakan beberapa kendala, kolom ini baru hari ini diluncurkan.

Hari ini adalah peringatan Sumpah Pemuda. Saya kira ini momen yang pas bagi kita, pemuda-pemudi Indonesia masa kini, untuk memikirkan kembali peran kita sebagai penerus bangsa. Lepas dari segala kontoversi yang menyelimuti sejarah Sumpah Pemuda, sudah saatnya kita, generasi ini, berpikir tentang apa yang bisa kita lakukan untuk bangsa ini, untuk anak cucu kita di masa yang akan datang.

Wah, ini obrolannya ternyata tetap kembali ke politik ya? Apa boleh buat, kelangsungan hidup kita dan keturunan kita nanti mau tak mau ditentukan oleh politik. Politik daerah, politik nasional, dan politik internasional. Jika kita banyak menonton film-film tentang Perang Dunia ke-2, kita tentu tahu bagaimana tiba-tiba politik internasional pengaruhnya sampai menyentuh keluarga Yahudi kecil di Polandia. Oh ya, tak usah jauh-jauh, smartphone yang sekarang anda pegang untuk membaca kolom ini adalah hasil dari perjanjijan internasional yang merupakan bagian dari politik internasional.

Anda boleh tidak percaya tentang apa yang saya tulis di atas. Anda boleh menuding saya sebagai seorang pembual. Tapi kira-kira begitu apa yang saya yakini dan menjadi landasan untuk keberadaan kolom rutin ini. Anda boleh juga menghibur diri dengan fakta bahwa saya kuliah ambil jurusan Hubungan Internasional, yang sehari-hari bergumul dengan pelbagai peristiwa politik. Dan saya tidak punya keahlian menulis mengenai bidang yang lain.

Apapun itu, selamat memaknai Sumpah Pemuda dan sampai jumpa di kolom selanjutnya.

*Penulis kolom politik angkirnganwarta.com




Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta