Berita Terbaru:
Home » » When The Saints Go Marching In

When The Saints Go Marching In

Written By angkringanwarta.com on Saturday, October 12, 2013 | 23:38

Oleh Reza Fajri*

Selalu saja ada kejutan di awal-awal musim Liga Primer Inggris. Di musim 2013-14 ini kejutan itu bernama Southampton Football Club. Bertengger di posisi ke-4 dengan 14 poin, di atas Manchester City, Tottenham Hotspur dan Manchester United, The Saints tiba-tiba menjadi perbincangan banyak orang.

Gabungan antara kejeniusan Mauricio Pochettino dengan Rickie Lambert sering disebut-sebut sebagai resep permainan gemilang Southampton di awal musim ini.

Pantas saja, Mauricio Pochettinno ternyata banyak mengambil pelajaran dari bekas mentornya di Newell’s Old Boys, seorang manajer legendaris, Marcelo Bielsa. Prinsip-prinsip Bielsa seperti vertikalitas dipadu dengan penguasaan bola ternyata banyak dipakai oleh Pochettino. Dalam setiap pertandingan, sang manajer tersebut akan menginstruksikan kepada anak-anak asuhnya agar menekan pertahanan lawan dengan cepat melepas bola ke depan. Dan selain itu, Pochettino juga akan selalu membuat para pemain Soton mencoba untuk menguasai bola. Jadi intinya Southampton akan meningkatkan dominasi atas bola, namun dengan gaya lebih direct, tidak dengan operan-operan pendek seperti Barcelona.

Strategi dari Mauricio Pochettino mungkin tidak akan berhasil jika tidak didukung sosok Rickie Lambert di Southampton. Ujung tombak yang jago duel udara dan duel daerah ini menjadi alasan mengapa pemain-pemain The Saints banyak melakukan operan jauh.

Jangan lupa dengan jasa dari Arthur Boruc. Berkat kiper asal Polandia ini, The Saints hanya kebobolan 2 dari 7 pertandingan. Terakhir kali gawangnya kebobolan dalam sebuah pertandingan adalah pada 382 menit yang lalu, ketika Southampton dikalahkan oleh Norwich City, satu-satunya kekalahan di musim ini.

Southampton adalah salah satu dari 22 klub yang pertama kali mengikuti Premier League di musim 1992-93. Sejak tahun 1978 sampai 2005, Southampton selalu berada di kasta tertinggi persepakbolaan Inggris. Klub ini sempat mengalami masa-masa suram tatkala harus terdegradasi dari divisi Championship ke Football League One –kasta ketiga dalam liga Inggris, pada musim 2008-09.

Perjalanan panjang tentunya harus ditempuh oleh Southampton agar bisa kembali ke Premiership. Alan Pardew sempat menjadi manajer Soton, namun beberapa musim kemudian terpaksa dipecat karena masalah internal dengan jajaran direksi. Setelah itu Nigel Adkins pun kemudian didaulat untuk menjadi nahkoda baru Southampton. Hasilnya Adkins berhasil membawa The Saints kembali ke divisi Championship pada tahun 2011. Setelah di akhir-akhir musim Southampton berhasil mengalahkan Coventry City dengan skor 4-0, mereka kemudian dipastikan bisa berlaga kembali di Premier League.

Tidak ada yang tahu pasti apakah Southampton akan terus berada di empat besar ataukah turun kembali ke papan tengah. Namun yang pasti, selama The Saints bertengger di atas, lagu “When The Saints Go Marching In” –yang biasa diputar di stadion St. Mary’s, akan selalu dinyanyikan oleh para suporter Southampton dengan penuh kegembiraan.

Oh when the Saints, go marching in. Oh when the Saints go marching in. I want to be in that number. Oh when the Saints go marching in.


*Penulis adalah pemilik akun Twitter @rezafajri






Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta