Berita Terbaru:
Home » » Ironis Memang

Ironis Memang

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, November 19, 2013 | 22:45

Oleh Mustaqim* 
Dalam kehidupan bangsa dan bernegara, hal yang menjadi priyoritas utama bangsa tersebut adalah kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Dan juga untuk terciptanya masyarakat yang berbudi luhur, terdidik, dan berguna dalam kancah Nasional maupun Internasional.

Pergulatan anak catur di kancah Internasional menggiring anak bangsa untuk berkecimpung dalam gaya kehidupan yang terpaku kedalam teknologi dan informasi, yang pada hakikatnya berimplikasi kepada kencangnya badai pengapusan atau juga pengikisan jati diri bangsa.

Pemusatan kosentrasi paradigma pemikiran pemuda-pemudi bangsa terhadap tajamnya tusukan anak panah teknologi dan informasi menuai hasil postif dan juga hasil yang negativ. Hasil positifnya adalah berkembang pesatnya pembangunan dan infrastruktur di tubuh bangsa ini, dan hal ini berimbas kepada harum semerbak nama bangsa diperputaran roda dunia.

Tapi jika anak-anak bangsa ini menyadari apabila mereka terlalu fokus pada teknologi dan informasi maka yang akan mucul adalah pengikisan sedikit demi sedikit jati diri bahkan juga kearifan bangsa ini.

Walhasil, pembaca yang budiman bisa melihat fakta-fakta yang telah terjadi akibat hubungan arus pendek teknologi dan informasi. Salah satunya adalah urbanisasi dan rekonstruksi rumah adat tiap-tiap daerah hampir di seluruh Indonesia.

Pengancuran dan penggusuran symbol-simbol adat yang pada khususnya rumah adat pada masalah ini, akibat ketamakan dan juga tidak memiliki rasa “Love It So Much” maka, yang terjadi adalah pembangunan gedung0gedung pencakar langit dan jalan-jalan laying.

Ironis memang, bangsa yang dikenal dengan kesopanan tutur kata dan sikapnya tapi pada kenyataannya ia hanya meniru dan menjiplak karya-karya yang bukan berasal dari bangsa ini sendiri.

Indonesia memiliki mimpi dan tujuan yang suci yaitu memajukan bangsa dari segala bidang , tapi pada kenyataannya Indonesia mengajarkan kepada pemuda-pemudi penerus bangsa untuk melupakan adat-adat mereka. Pembaca yang budiman bisa melihat, meraba, dan menerawang gejolak-gejolak yang telah terjadi seperti : pengancuran bahkan penggusaran rumah-rumah adat yang berganti denfan gedung-gedung, tarian-tarian adatpun hanya untuk sarana pariwisata, dan peninggalan-peninggalan leluhur pun hanya untuk menarik minat para wisatawan domestic maupun mancanegara. Kebhinekaan bangsa pun terabaikan, kesejahteraannya pun teracuhkan.

Pukulan yang keras dan menyakitkan apabila bangsa ini memahami kata-kata yang singkat ini “Bangsa yang maju adalah bangsa yang tak melupakan kebudayaannya sendiri”

*Penulis adalah mahasiswa UIN Jakarta jurusan sejarah dan kebudayaan islam 


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta