Berita Terbaru:
Home » » Sankt Pauli Gegen Den Modernen Fußball

Sankt Pauli Gegen Den Modernen Fußball

Written By angkringanwarta.com on Thursday, November 14, 2013 | 03:22

 Oleh Muhammad Masyhur*


  
Teeennggg…. Teeenggg… teeenggg…

Bukan, itu bukan bel masuk sekolah, itu juga bukan bunyi jam bandul, ataupun bunyi lonceng gereja.. itu adalah bagian intro dari lagu Hells Bells dari AC/DC.

Saat kebanyakan klub menyetel lagu FIFA anthem atau sejenisnya saat kedua tim memasuki lapangan, berbeda dengan klub yang musim ini berlaga di kasta kedua Bundesliga, Sankt Pauli. Sankt Pauli lebih memilih menyetel lagu AC/DC tersebut di stadion kebanggaan para pendukungnya, Millerntor-Stadion.

Klub yang berada di red light district Hamburg ini bisa disebut prestasinya di bawah standart untuk urusan sepakbolanya, tapi ‘prestasi’ di luar sepakbolanya lah yang membuat klub ini sangat terkenal di dunia. Prestasi dalam urusan sepakbola yang paling membanggakannya hanya masuk semifinal DFB-Pokal 2005/2006 saja. Di Bundesliga pun klub ini cuma bisa promosi dan degradasi saja dalam waktu yang singkat.

‘Prestasi’ yang dimaksud adalah loyalitas para pendukung Sankt Pauli sebagai klub sayap kiri yang menentang rasis dan fasis. Di Jerman setidaknya, klub ini mempunyai jumlah pendukung wanita terbanyak, menjadi klub pertama yang melarang aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan sayap kanan, dan lain sebagainya. Klub ini juga aktif dalam beramal di luar Jerman, seperti pengadaan dispenser untuk sekolah di Kuba dan air bersih di Rwanda.

Klub yang berjuluk Die Freibeuter der Liga atau Sang Perompak Liga ini juga mempunyai ciri khas untuk para suporternya yang sangat fanatik yaitu tengkorak dan tulang menyilang (jolly roger), simbol yang identik dengan perompak, simbol untuk pemberontak. Simbol tersebut sering sekali dikira logo klub, padahal simbol itu adalah logo untuk para suporter klub. Namun, memang perlu diakui bahwa logo para suporter lebih terkenal dibanding logo klub. Penggunaan simbol tersebut tak lepas dari letak Sankt Pauli yang berada di kota pelabuhan para pelaut yang singgah disana untuk sekedar minum-minum sampai ‘main’ di tempat pelacuran.

Simbol tengkorak tersebut adalah bentuk penentangan oleh para orang miskin kelas pekerja terhadap klub-klub kaya. Simbol tersebut juga merupakan brand ideologi para suporter Sankt Pauli yang menginginkan perlawanan terhadap komersialisasi sepakbola. Bahkan saat klub mereka hampir bangkrut di awal milenium, para suporter dengan cepat menggalang dana dari menjual kaos sampai menaikkan harga di bar dan tempat prostitusi.

Sankt Pauli Gegen Den Modernen Fußball !!!
@13moad



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta