Tahukah Anda bahwa di tengah bangunan-bangunan mewah yang
ada di BSDCity terdapat sebuah lokasi peninggalan sejarah yang masih terjaga
dengan utuh. Tempat tersebut bernama “Museum Lengkong”.
Bangunannya yang sangat sederhana, dibalut dengan tembok
putih, jendela kayu, dan lantai semen, persis seperti gaya rumah pada zaman itu
dan hingga kini, museum itu tak meninggalkan bentuk dan elemen pondasi aslinya.Tempat
ini juga menjadi saksi bisu saat para tentara taruna dan perwira yang diserang
hingga gugur oleh tentara Jepang.
“Seperti inilah kondisi bangunan pada waktu itu, dan masih
terjaga sampai sekarang. Namun, dulu bangunan ini sempat dikelilingi kebun
karet, ” kata Rani D Sutrisno selaku Ketua Harian Yayasan 25 Januari 1946,
Minggu (24/2/2013). Bahkan menurutnya, di atas lantai yang sudah kusam itu
sebenarnya masih membekas bercak darah yang sulit hilang dari para pejuang
waktu itu.
Musium Lengkong sendiri merupakan salah satu saksi bisu
peristiwa pertempuran Lengkong di Serpong yang masih tersisa. Museum ini,
dulunya adalah markas tentara Jepang. Di tempat ini pula, Mayor Daan Mogot
berunding dengan Kapten Abe dari Jepang, sebelum terjadi pertempuran berdarah.
Museum ini terlihat seperti rumah tua pada umumnya. Di
dalamnya terdapat kumpulan foto-foto para pejuang dan pahlawan bangsa dalam
bingkai hitam putih, serta beberapa foto pada saat peringatan Peristiwa
Lengkong di masa lalu.
Pemugaran secara besar-besaran tidak pernah dilakukan karena
tak ingin menghilangkan struktur aslinya. Lagi pula, bangunan tersebut masih
terlihat kokoh dan terawat dengan baik. “Bangunan ini pernah dilakukan
renovasi, tapi hanya membenahi genting-genting yang bocor. Selebihnya masih
terjaga keasliannya,” ujar wanita yang biasa dipanggil Rani.
Monumen Lengkong |
Peristiwa Lengkong yang telah merenggut nyawa putra terbaik
bangsa menjadi salah satu bukti kongkret bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui
perjuangan gigih dan tetesan darah. "Begitu gigihnya pahlawan kita dulu
saat berperang mempertahankan tanah air ini," ujar M. Effendi (85), salah
satu veteran Kota Tangerang.
Untuk itu, M. Effendi berpesan agar generasi muda sekarang
ini bisa tetap bersemangat dalam membangun bangsa dan tanah air Republik
Indonesia tercinta.
Museum Lengkong sendiri persis berada di depan Monumen
Lengkong berdiri. Sebuah taman yang tertata apik ditemani pepohonan rindang yang
mengelilinginya menjadi satu kawasan bernama Taman Daan Mogot. Di tempat ini juga
merupakan lokasi gugurnya Mayor Daan Mogot dan dua perwira lain serta 34 taruna
dalam peristiwa pertempuran Lengkong pada 25 Januari 1946.
Dulu, kawasan ini bernama Desa Lengkong Wetan, lalu
pengembang Bumi Serpong Damai (BSD) datang merintis pembangunan di Serpong pada
1989 dan dikenallah namanya menjadi kawasan BSD.
Museum dan monumen Lengkong tak nampak sering dikunjungi
karena tidak dijadikan sebagai objek wisata. Monumen Lengkong hanya ramai saat
ada upacara peringatan Peristiwa Lengkong yang diadakan setahun sekali.
Mungkin tak banyak yang tahu adanya museum dan monumen
bersejarah ini karena posisinya membelakangi jalan dan tak terlihat dari jalan
raya utama. Lebih tepatnya, museum ini berada di jalan masuk kawasan Damai
Indah Golf yang berada di seberang air mancur BSD.
Padahal, Monumen Lengkong sendiri telah dibangun pada 1993
oleh pemerintah Kota Tangerang dan BSD untuk mengenang Peristiwa Lengkong.
Museum Lengkong kini berada di tengah kawasan elite di Serpong, tetapi tetap
menjadi tempat bersejarah bernilai tinggi yang akan terus dijaga
kelestariannya.
Dan Monumen Lengkong kini dijadikan sebagai tempat
peringatan peristiwa pertempuran Lengkong yang diperingati setiap tanggal 25
Januari. Bahkan, keputusan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI
Ryamizard Ryacudu menetapkan peristiwa tersebut sebagai Hari Bakti Taruna
Akademi Militer.
Keberhasilan para pendahulu dalam mencapai kemerdekaan
Indonesia bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Mereka mengorbankan jiwa raga
dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kemerdekaan itu harus diisi dengan baik oleh para pemuda dan
generasi penerus bangsa ini.
(Ahmad)