
para dewa-dewi ini nyakin hukum tersebut merupakan hukuman
terberat untuknya. Ternyata, memang benar Sisifus merasakan kesia-siaan.
Pengulangan ini membuat dia merasa frustasi.
Demikian apa yang diungkapkan Albert Camus dalam buku Mite Sisifus
dengan menyebut bencana itu sebagai hal yang absurdititas.
Perasaan Sisifus dengan hal yang absurd ternyata tak hanya
dirasakan ia sendiri. Perasaan tersebut serupa juga dirasakan band yang terlahir di kampus Unpad, Pas Band merasa
begitu jengah dengan kondisi yang terjadi di Indonesia.
Melalui sebuah lagu, band ini melempaskan perasan jengah dengan
banyaknya orang berbicara dan penuh alasan. Namun, pada kenyataan kasus korupsi
upeti disana sini, begitu korupsi menggila lagi. Band ini akhirnya merasakan
begitu muak bahkan mungkin bisa dikatakan angkut.
Sehingga alasan-alasan tersebut membuat membuat Pas Band
merasakan bosan dengarkan cerita. Sementara, faktnya hanya nol. Soalnya, kata
Band ini, bagaimana mungkin punya fakta, sebab hanya bisa bicara dan memang ternyata tak pernah buktinya.
"Bukti yang langsung terasa dan nyata untuk kita.Kita
muak semua. Melihat akibatnya ternyata tetap menjadi upeti disana sini korupsi
menggila lagi," liriknya lagi.
Maka tak mengheran jika band ini sanksi kondisi bakal
teratasi. "Orang besar bicara, ternyata hanya bisa berpanas suasana. Saling
rebut singgasana. Kita jadi saksi semua. Orang ingin bicara melaknat kebenaran.
Miliknya hanya miliknya, dan semua hanya milikinya. Penguasa punya cerita,"
imbuhnya.
Bila mendengarkan apa yang dibawakan Pas Band, sekiranya
wajar jika rasa jengah (muak) mulai hinggap. Bagaimana tidak, kasus korupsi
proyek Hambalang, meraka para tersangka masih bersilat lidah.
Belum lagi beberapa bencana alam yang telah menimpa bangsa
Indonesia. Maka sejumlah orang-orang bertanya-tanya, apakah ini zaman kegelapan
sebagaimana ramalan Jayabaya.
Dalam
ramalan tersebut, diceritkan tentang keadaan Nusantara di suatu masa di masa
datang. Dalam Ramalan Jayabaya Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang
lalu, raja Kediri bernam Prabu Jayabaya (1135-1159), dikatakan akan datang satu masa penuh bencana.
Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut
dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa
kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan
orang-orang baik akan tertindas.
Jika benar begitu adanya, maka tak mengherankan kondisi ini
membuat sejumlah orang menanti dan bertanya-tanya benarkah datang Ratu Adil,
atau Satria Piningit, yakni seseorang yang dapat mendatangkan zaman baru, zaman
yang penuh kemegahan dan kemuliaan.
@AyodiaKelana