Selepas adzan ashar berkumandang, (23/10), anak-anak mulai ramai berkumpul di jalanan. jalan itu, terletak di belakang Masji Ar-Rahman. Untuk ukurannya sendiri, sebesar dua mobil ukuran seden yang saling berdempetan.
Sebuah jalan yang biasa digunakan oleh para mobil pribadi atau terkadang angkutan umum yang menjadikan sebagai jalan aternatif, jika jalan arah rempoa-Bintaro macet.
Di jalan itu sendiri, memang hampir saban sore anak-anak itu berkumpul, salah satu dari mereka akan mengambil batu, atau satu-persatu meraka akan melepaskan sendal lalu meletakannya secara menumpuk ke dua sisi pinggir jalan. dan sebagian yang lain akan melakukan hal yang serupa.
Maka dengan demikian, mereka telah membuat gawang, lalu mereka akan membagi menjadi dua bagian. Setelah semuanya selesai mereka akan berlari-lari mengejar bola tanpa alas kaki, bersuha sebisa mungkin menciptakan gol.
Ade, yang biasa di panggil Bilung oleh teman-temanya berhasil memberikan sebuah umpan manis yang diberikan kepada Adit, dari umpan tersebut terciptlah sebuah gol. Selepas gol itu, mereka merayakan dengan berlari sambil berteriak-teriak.
Dan bagi mereka yang telah kemasukan, maka harus melepaskan pakaianya. pertandinganpun semakin seru, dan tatkala mereka hendak menciptakan gol balasan, sayang gagal. Sebab sebuah mobil sedan melintas, dan mereka terpaksa harus menghintakanya untuk sesaat.
Dengan kecewanya, Iqbal menggerundel pada pemilik sedan, sang sedan dengan angkuhnya tetap melaju kendaraanya atau anak-anak akan mendapat makian dari sang pengendara. Namun, kekecewaanya mungkin lebih kepada sebuah lapangan yang terletak di belakang kontrakan mereka, Sebab tanah lapang mereka telah beralih fungsi menjadi tempat tinggal. (Dede Supriyatna)
