Berita Terbaru:
Home » » Pawang Hujan tak Ampuh, Penonton enggan Beranjak

Pawang Hujan tak Ampuh, Penonton enggan Beranjak

Written By angkringanwarta.com on Sunday, December 11, 2011 | 02:36

Semenjak menjelang Adzan magrib hujan telah mengguyur UIN Jakarta, (10/12) hingga adzan Isya hujan masih enggan reda, "Gimana pentas teater El Na'ma," ujar Agnes Astuti. "Emang manggung di dalam atau di luar ruangan,"ungkap saya.

"Katanya di hall Sutedent Center (SC)." tambah Agnes. Selepas Isya, akhirnya kami berangkat ke tempat teater, rintik-rintik hujan menyertai perjalanan kami. Sesampainya didapati kuruman orang-orang yang telah memadati pelantara (SC).

Tak lama kita jongkok di teras SC, sesorang menjemput kami, lalu kami bertiga memasuki hall SC, mata kami memandangi para pemain dibantu kru sedang sibuk mengeringkan genangan air, diantara mereka ada yang menyapu setiap genangan air lalu mengelepnya, ada yang memasukan busa pada genangan air lalu memeras.

Tiba-tiba suara gong pertama terdengar para pemain langsung melakukan pemanasan, tak lama berselang gong kembali berbunyi dan secara serempak orang-orang yang berada di pelantara SC memasuki hall SC, dan selanjutnya gong ketiga sebagai tanda pementasanpun dimulai pada pukul 08.30 WIB.

Dengan rapih para penonton memadati tempat yang telah disediakan, bahkan mereka sampai duduk di tribun atas, "Kalau hujanya tiba-tiba deras?" Ujar Agnes secara tiba-tiba. Mendengar celutakan secara tiba-tiba saya hanya tersenyum "Lihat saja nanti."

Memang hall SC tak mempunyai atap penadah hujan, besarnya ruangan sebesar lapangan Futsal. Dengan ukaran tersebut, pemantasan harus membagi antara panggung dan tempat penonton.

Saat pementasan terjadi para penonton begitu menikmati pertunjukan dan juga rintik-rintik hujan. Terlihat hampir seluruh penonton tertawa lepas tatkala beberapa adegan menampilkan hal-hal yang lucu, dan saat-saat yang lain semuanya terdiam terlarut dalam irama musik.

Hingga acara pementasan selesai yang ditutup dengan kembang api, acarapun berlanjut pada acara diskusi yang dimoderatori Bambang Prihadi, Bembeng merupakan nama sapaanya memulai dengan "Ulil gagal manggil pawangnya."

Dalam diskusi banyak orang yang terdapat hal-hal yang menyinggung persoalan gedung pertunjukan, sabagaimana diungkapkan Mahmudah. Perempuan yang mengajarkan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan (FITK), memuji penonton yang tetap menikmati pertunjukan, meskipun hujan.

Dan komentator terakhir dalam acara diskusi ditutup pendiri Altar menyigung persoalan gedung pertunjukan, apalagi UIN Jakarta yang katanya bertaraf internasional, dalam pengukapannya ia menekankan pada kata "Katanya". (Dede)

Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta