Berita Terbaru:
Home » , » Gores Kekejaman Belanda di Museum Fatahillah

Gores Kekejaman Belanda di Museum Fatahillah

Written By angkringanwarta.com on Friday, February 24, 2012 | 17:20

Oleh Amelia Fitriani

Gedung Museum Sejarah Jakarta yang terletak di kawasan wisata Kota Tua dikenal sebagai pusat pemerintahan Batavia (kini Jakarta) semasa pendudukan Belanda. Namun selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan, gedung yang lebih dikenal dengan nama Museum Fatahillah itu dahulunya juga digunakan sebagai penjara. Dan sisa-sisa penjara pemerintah Belanda tersebut masih dapat dijumpai di dalam gedung museum.

Sebagai pusat pemerintahan, Gedung ditempati sebagai kantor Dewan Kota Praja dan Dewan Keadilan. Masing-masing, memiliki penjaranya sendiri. Penjara di bawah wewenang Dewan Keadilan salah satunya adalah di bagian Timur gedung Balai Kota (sekarang menjadi kantor pengurus kota tua) dan dipakai untuk tahanan VOC. Halaman belakang dan beberapa gedung di sampingnya juga dipakai untuk penjara dan rumah penjaga.

Selain ruang penjara tersebut, ada juga ruang penjara di bawah wewenang Dewa Kota Praja yang disebut dengan doncker gat atau lubang gelap. Penjara lainnya, berupa sebuah sel di bawah gedung bagian belakang yang lebih dikenal dengan ‘penjara bawah tanah’. Penjara bawah tanah tersebut berbentuk setengah lingkaran dan tingginya tidak sampai 1,5 meter. Sehingga orang dewasa harus menuduk jika memasuki ruang penjara.

Di dalam penjara terdapat beberapa batu bola besar yang terikat dengan rantai. Fungsinya adalah untuk mengikat kaki tahanan agar tidak dapat melarikan diri. Ukuran penjara tidak terlalu besar, dan udara di dalam pun lembab. Terdapat lima penjara bawah tanah. Dua penjara berada di bawah wewenang Dewan Keadilan, sementara tiga lainnya di bawah wewenang Dewan Kota Praja.

Orang-orang yang ditahan dalam penjara tersebut bukanlah orang yang sudah diadili, melainkan yang sedang menunggu proses pengadilan (menunggu putusan hukum). Jumlah tahanan yang meringkuk di dalam penjara sering melebihi 300 orang. Hal itu menyebabkan kondisi kesehatan penjara ini sangat buruk. Banyak tahanan yang sudah meninggal sebelum perkara mereka diajukan ke meja pengadilan. Sebagian besar korban menderita tifus, kolera, dan disentri.

Pada abad ke 17 dan 18 ada beberapa bentuk hukuman yang diterapkan bagi para tahanan, yaitu hukuman mati, hukuman siksa, dirantai, kerja paksa, hukuman denda dan hukuman pengasingan. Tetapi sampai abad ke 19 tidak ada hukuman penjara. Penjara ini ditutup pada tahun 1846.

Orang-orang yang ditahan antara lain datang dari kalangan pejuang, pemberontak, budak belian, maupun orang yang berhutang. Salah satu tawanan yang pernah ditawan di penjara tersebut adalah Untung Suropati, seorang budak belian pedagang Pieter Cnoll. Ia adalah salah satu dari sedikit orang yang berhasil meloloskan diri dari penjara ini pada sekitar tahun 1670. Kemudian ia memberontak dan melawan orang belanda. Juga terlibat dalam pembunuhan Captain Tack pada tahun 1686 di Kraton Kartosuro. Kemudian ia mempertahankan diri di kerajaan kecil di daerah pasuruan hingga akhir hayatnya tahun 1706.

Selain itu pada tahun 1830, Pangeran Diponegoro, pahlawan Perang Jawa 1825-1830 ditahan hampir satu bulan di penjara tingkat dua dalam sayap gedung sebelah timur sebelum akhirnya dia diasingkan ke Manado. Pangeran diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda di Magelang secara khianat.

Saat ini, pengunjung masih dapat melihat sisa kekejaman pemerintah Belanda jaman dahulu. Penjara bawah tanah juga masih dapat dilihat secara langsung dan tidak jarang menjadi objek untuk berfoto para pengunjung yang datang karena bentuknya yang menarik. Secara keseluruhan keadaannya masih terawat dengan baik. Namun di beberapa sudut penjara terdapat coretan-coretan dari tangan-tangan usil yang tidak bertanggung jawab.***

Share this post :

+ komentar + 1 komentar

Anonymous
February 24, 2012 at 5:50 PM

Nice Info....:) Perlu juga mejaga bangunan tersebut agar tetap terawat..."Angkringan Warta" bisa jadi menjadi bagian dalam menyelamatkan Bangunan Cagar Budaya kita yang semakin banyak hilang...:)

Post a Comment

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta