Banyak dikisahkan,
jika seorang raja akan meninggalkan tahta, ia berharap kelak sang pemimpin
dapat menjaga kepimpinan sebaik-baiknya. Alur cerita bakal berbeda jika sang
pemimpin baru tak mampu menjalan roda kepemimpinan.
Maka hal yang
lumrah jika penonton atau rakyat akan mengumpat, sambil berharap muncul pemimpin
baru yang dapat memperbaikinya. Iya, penonton atau rakyat akan merindukan
sosok, istilahnya adalah ‘satria pininggit’
Lantas bagaimana
dengan sang raja sebelumnya? Bisa jadi ia hanya menangis tanpa daya, mungkin
itu juga yang dirasakan Soekarno saat menyaksikan perusahan asing mengusai perekonomian
bahkan Sumber Daya Alam milik Indonesia.
Selama
kepemimpinan, ia dikenal seorang yang sangat menolak akan bantuan asing. "Go
to the hell with your aid (pergilah ke neraka dengan bantuanmu)," ujar
Soekarno yang kesal dengan pemerintah Amerika.
Begitu bencinya
dengan yang berbau asing, pria kelahiran 6 Juni ini sempat memenjarakan grub
band Koes Plus di penjara Glodok lantaran diangap terlalu barat.
Terlepas dari
itu, sikap tegas Soekarno terhadap asing setidak memberikan gambaran bagaimana
seorang pemimpin punya sikap untuk kemandirian bangsa.
Katakan tidak
untuk asing membuat sejumlah rakyat merindukan akan kepimpinan yang berani
lugas dan tegas. Jika ada pempin baru yang dapat berani bersikap demikian, maka
tak mengherankan jika ada yang menyamakan dengan Soekarno.
Setidaknya,
begitulah presepsi beberapa orang terhadap gaya kempimpan Gubernur DKI, Joko
Widodo atau akrab disapa Jokowi.
Bahkan Direktur
Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti sendiri mengaku mengapresiasi atas
sikap Jokowi berniat membatalkan proyek utang Bank Dunia senilai Rp1,2 triliun,
menolak menerbitkan obligasi daerah, dan juga berniat membatalkan kontrak
dengan perusahaan air asing yang menguasai DKI Jakarta sejak lama.
Ray menambahkan, Jokowi telah menunjukkan keberaniannya dalam
menegakkan kemandirian bangsa dan melawan dominasi asing dalam perekonomian
nasional. “Untuk pertama kalinya kita mendengar ada pemerintah daerah yang
berani mengatakan, ‘tidak pada bantuan pihak asing’, ujarnya, dalam Serial
Diskusi Kemandirian Bangsa ke-5 dengan tema "Jokowi Melawan Asing, Saatnya
Menegakkan Kemandirian Bangsa!" Tebet, Jakarta, Senin (8/4).
Ray berharap agar
Jokowi dapat dijadikan contoh dan teladan bagi pemimpin dunia. “Ini
mengingatkan kita terhadap pendiri republik, kita bisa mandiri tanpa bantuan
asing," tegasnya.
Selain Ray,
Sejumlah LSM yang selama ini konsen menolak utang dari asing mendukung sikap
mantan Walikota Solo tersebut. "Langkah ini seharusnya menjadi contoh
untuk melakukan pengambilalihan kontrol, pengelolaan, dan penguasaan modal
asing, khususnya di bidang sumber daya alam negara untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat," ujar Koordinator Koalisi Anti Utang, Dani Setiawan
Dani
mengapresiasi keberanian Jokowi, menurutnya sikap yang dilakukan Jokowi tidak
dimiliki oleh Presiden SBY. “Komitmen Jokowi membatalkan kontrak merupakan
langkah strategis dan menjalankan amanat bangsa dalam pasal 33, dimana bumi air
dan kekayaan alamnya dikuasai oleh negara dan untuk kemashalatan
masyarakat," ujar Dani.
Selain itu,
menurut Peneliti Institute for Global Justice (IGJ), Salamudin Daeng mengatakan
negara kita sudah diambang bahaya kebangkrutan yang besar, dan kemungkinan
besar masyarakat akan sulit menghentikan hutang luar negeri tersebut, karena
hutang tersebut menjadi satu paket dari pembuatan undang-undang dan sampai
kepada kebijakan pemerintah.
“Dengan hutang
kita yang hampir mencapai 2.000 triliun ini sudah menjerat leher Bangsa
Indonesia, di sini SBY harus berani mengambil kebijakan dalam ekonomi politik,
dan pemerintah SBY harus menghentikan penghianatannya terhadap rakyat dan
bangsa Indonesia,” tegasnya.
DS