Berita Terbaru:
Home » » Sisifus Vs Satria Piningit

Sisifus Vs Satria Piningit

Written By angkringanwarta.com on Friday, August 30, 2013 | 21:47

Sejak para dewa-dewi bersepakat ria  memutuskan untuk menghukum Sisifus dengan cara mendorong sebuah batu besar sampai ke puncak sebuah gunung, dari puncak gunung, batu itu akan lalu diturunkan kembali. Peristiwa itupun terus mengalami pengulangan tanpa henti.

para dewa-dewi ini nyakin hukum tersebut merupakan hukuman terberat untuknya. Ternyata, memang benar Sisifus merasakan kesia-siaan. Pengulangan ini membuat dia merasa frustasi.  Demikian apa yang diungkapkan Albert Camus dalam buku Mite Sisifus dengan menyebut bencana itu sebagai hal yang absurdititas.

Perasaan Sisifus dengan hal yang absurd ternyata tak hanya dirasakan ia sendiri. Perasaan tersebut  serupa juga dirasakan band yang  terlahir di kampus Unpad, Pas Band merasa begitu jengah dengan kondisi yang terjadi di Indonesia.

Melalui sebuah lagu, band ini melempaskan perasan jengah dengan banyaknya orang berbicara dan penuh alasan. Namun, pada kenyataan kasus korupsi upeti disana sini, begitu korupsi menggila lagi. Band ini akhirnya merasakan begitu muak bahkan mungkin bisa dikatakan angkut.

Sehingga alasan-alasan tersebut membuat membuat Pas Band merasakan bosan dengarkan cerita. Sementara, faktnya hanya nol. Soalnya, kata Band ini, bagaimana mungkin punya fakta, sebab hanya bisa bicara dan memang  ternyata tak pernah buktinya.

"Bukti yang langsung terasa dan nyata untuk kita.Kita muak semua. Melihat akibatnya ternyata tetap menjadi upeti disana sini korupsi menggila lagi," liriknya lagi.

Maka tak mengheran jika band ini sanksi kondisi bakal teratasi. "Orang besar bicara, ternyata hanya bisa berpanas suasana. Saling rebut singgasana. Kita jadi saksi semua. Orang ingin bicara melaknat kebenaran. Miliknya hanya miliknya, dan semua hanya milikinya. Penguasa punya cerita," imbuhnya.

Bila mendengarkan apa yang dibawakan Pas Band, sekiranya wajar jika rasa jengah (muak) mulai hinggap. Bagaimana tidak, kasus korupsi proyek Hambalang, meraka para tersangka masih bersilat lidah.
Belum lagi beberapa bencana alam yang telah menimpa bangsa Indonesia. Maka sejumlah orang-orang bertanya-tanya, apakah ini zaman kegelapan sebagaimana ramalan Jayabaya. 

Dalam ramalan tersebut, diceritkan tentang keadaan Nusantara di suatu masa di masa datang. Dalam Ramalan Jayabaya Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, raja Kediri bernam Prabu Jayabaya (1135-1159), dikatakan  akan datang satu masa penuh bencana.

Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas.

Jika benar begitu adanya, maka tak mengherankan kondisi ini membuat sejumlah orang menanti dan bertanya-tanya benarkah datang Ratu Adil, atau Satria Piningit, yakni seseorang yang dapat mendatangkan zaman baru, zaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan.


@AyodiaKelana  


Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta