Berita Terbaru:
Home » , » Film AADC; Antara Kwitang dengan Gerak-gerik

Film AADC; Antara Kwitang dengan Gerak-gerik

Written By angkringanwarta.com on Tuesday, September 17, 2013 | 18:45



Cinta (Dian Sastrowardoyo) sedih saat mengetahui Rangga ((Nicholas Saputra) pemenang lomba puisi tahunan yang diadakan pihak sekolah.  Kekecewaan Cinta kian bertambah saat Rangga dengan dingin menolak untuk diwawancara, bahkan ia menyarankan agar Cinta  menemui panitia puisi.
 
Kurang lebih inilah gambaran awal perjalanan asmara dua remaja dalam film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang penuh platonik, sutradara  Rudy Sudjarwo.  Tersajinya kisah romantis antara Cinta dengan Rangga menjadi magnet bagi kalangan remaja, termasuk saya.  Bahkan untuk kesikian kalinya saya kembali memutar film tersebut. 

Bisa jadi tanpa tersadari penontong, film itu ternyata bukan hanya menampilkan perjalan asamara dua sejoli yang penuh liku dan juga persahabatan. Bagi yang  mengikuiti jalan film ini, tentu akan menemukan beberapa adegan yang penuh dengan  emosi , kesedihan, dan juga celetukan berbau politik.  

Celetukan politik terselip dalam adegan seusai Rangga, ayahnya, dan Cinta menyantap makanan.  Dengan santainya Rangga menyingung soal pemecatan ayahnya lantaran menulis kebobrokan pemerintah. “Tahun 1996 bikin tentang kebusukan pemerintahan. Akibatnya, ya dipecatlah, dituduh komunis, dianggap makar,” ujarnya.   

Kebijakan pemilik kekuasan merempat  pada kenangan Rangga dan Cinta saat mengunjungi Kwitang, pasar buku yang terletak di Senen. Imbasanya,  tak hanya dirasakan sejoli  ini. Mereka yang telah menaruh hati akan kelimpungan mencari  kemana perginya toko buku yang menjajakan bermacam buku.
 
Sama hanya pelanggan yang betanya-tanya kemana perginya toko buku Gerak-gerik.  Ketidak hadiran tumpukan buku yang terpampang  di jalan Pesanggarah, samping UIN Ciputat sungguh mengejutkan. Soalnya, hilangnya  toko yang begitu saja dengah hanya menyisakan toko klontong.
Begitu juga Kwitang, lenyapnya Gerak-gerik cukup menyelipkan sejumlah romantis bagi para pelanggannya akan  merasakan kesedihan.   

Kenangan terbangun, selain dianggap murah dan menjul buku-buku yang dianggap berbeda dengan buku lainnya (langka).  Pelagan juga dapat menyimpan terlebih dahulu buku mana yang hendak dibeli sampai jangka tertentu dan mempunyai uang  untuk menukarnya.

Sampai saat ini belum diketahui apa yang membuat pemilik gerak-gerik memutuskan untuk menghentikan usahanya. Pertanyaan itu juga sepertinya berlaku pada Kwitang. Pantaskan kita berasumsi kepergian keduanya lebih disebabkan faktor ekonomi.

Yang menjadi pembeda, Kwitang dipindahkan lantaran ada motiv ekonomi dibalik kebijakan Pemprof DKI Jakarta, Fauzi Bowo alias Foke  tentang ketertiban.   .  

 Sedangkan, pemilik Gerak-gerik dipusingkan dengan turus menurunnya angka  penjualan.

@AyodiaKelana




Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta