Benarkah pasangan Joko Widodo alias Jokowi dengan Basuki Tjahaja Purnama
atau kerap disapa Ahok dalam menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta merupakan
pasangan serasi? Untuk dapat menjawabnya, silakan disimak bagaimana peran
keduanya dalam menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta.
Hingga saat ini belum tercium aroma pertikaian dari
keduanya. Bahkan diberbagai kesempatan, sebagai wakil Gubernur, Ahok cukup
mempunyai panggung. Perannya terlihat cukup
menutup lubang yang ditinggalkan Jokowi, maklum Jokowi mengklaim akan lebih ke
lapangan.
Sepak terjang pasangan ini pun cukup membuat daya
kejut, terutama bagi politisi. Maka tak
mengherankan sejumlah politisi dibuat keder.
Setidaknya itu yang pernah
diungkapkan Budiarto Shambazy, wartawan senior kompas. "Semua partai panik melihat Jokowi," ujarnya,
cek di You Tube.
Wajar saja ucapan itu terlontar. Pasalnya, nama
Jokowi jauh meninggalkan para kandidat presiden yang diusung partai politik
lain. Bahkan gerakan mendukung Jokowi sebagai capres melui senter dihembuskan.
Hal ini tentu membuat ngiler para kandidat capres
tuk membonyong Jokowi sebagai wakilnya. Maka jangan heran jika politisi maksa
mencocokan untuk menduetkan Jokowi dengan kandidat, utamanya sejumlah partai
yang telah mendeklarasikan capres, tapi belum menentukan siapa yang bakal
menjadi wakilnya.
Megawati Sebagai Ketua Umum PDIP sadar betul magnet
Jokowi. Selanjutnya, tinggal menunggu waktu apakah Jokowi akan dicolonkan
sebagai presiden dalam pemilihan 2014? Kemungkinan pencalonan mantan Wali Kota
Solo ini mulai terlihat saat Rakernas PDIP yang digelar di Ancol, Jakarta akhir
pekan lalu.
Tanda-tanda itu muncul kala Megawati meminta Jokowi membaca
kutipan pernyataan Soekarno. Kemudian Megawati juga acap kali menyebut Jokowi
sebagai kader yang dipersiapkan untuk meneruskan perjuangan partai.
Seandainya pilihan PDIP jatuh pada Jokowi, maka
tantangan terbesar bagi banteng senayan selain tentunya menyiapkan strategi
pemenangan Jokowi dan politisi DPRD DKI Jakarta, yakni mencari siapa yang bakal
mendampingi Jokowi.
Bisa saja PDIP mencolonkan capres berserta wakilnya
jika partai ini mampu mendulang suara sebanyak 20 persen suara atau mendapatkan
25 persen kursi DPR. Namun jika angka tersebut tidak tercapai, mau tidak mau
harus berkoalisi. Lebih celakanya, posisi calon presiden pasti akan diminta
partai kawan koalisi.
PDIP bisa saja tanpa berkoalisi, syaratnya partai
ini mampu mendulang suara sesuai target maka lampu hijau bagi PDIP untuk
menunjuk siapa yang akan mendampingi Jokowi. Menentukan siapa pengganti Ahok dalam
mendampingi Jokowi untuk memimpin Indonesia ke depannya?
Mengingat sejumlah warga menilai beberapa
keberhasilan Jokowi dalam membenah Jakarta tak luput peran Ahok. Warga menilai keberanian, tegas, dan lugas
poin terpenting dalam mengurai benang kusut Jakarta.
Lihat saja proses perjalanan Ahok saat menghadapi
salah satu anggota DPRD DKI tentang pasar Tanah Abang atau perlawanan Ahok
terhadap Komnas HAM kala pemindahan warga waduk Pluit.
Apakah masih ada orang seperti Ahok di partai? Sukar
untuk mengatakan masih ada, sebab selama ini citra partai terlampau banyak
tercedarai para kader. Pilihan ini pun bisa jadi menjadi bumerang bagi PDIP
lantaran rasa jengah publik dengan sikap politisi.
Lantas bagaimana dengan non partai? Bisa jadi
pilihan tersebut merupakan hal yang sangat tepat. Terpenting bagi mayarakat selain
pintar dan populer, dan tentu bersih dari noda korupsi. Apa lagi jika sebagian
besar dari mereka bertekad memenangkan Jokowi dalam pemilu presiden.
@AyodiaKelana