Berita Terbaru:
Home » » Celoteh

Celoteh

Written By angkringanwarta.com on Friday, October 07, 2011 | 02:05

Kentut

Oleh Dede Supriyatna 

“Siapa yang paling nyaring, dan juga paling bau, maka dialah yang keluar sebagai pemenang”
Tiba-tiba angin menaburkan aroma dengan bau melebihi telur busuk, atau bangkai, atau tahi cicak, atau hal-hal lainya. Atas bau tersebut, spontan salah satu dari mereka berteriak “Siapa yang kentut?” sambil jemari tanganya menunjuk sesorang disebelahnya. READ MORE


Pelajaran Pemimpin

Oleh Rizqi Jong Java

Tahun 2011 menjadi momentum bersejarah khususnya bagi rakyat timur tengah. Diawali dari 14 Januari 2011, Zine El Abidine Ben Ali, presiden Tunisia yang sudah berkuasa kurang lebih 23 tahun menjadi awal timbulnya revolusi timur tengah. Memasuki akhir kepemimpinannya angka kemiskinan dan pengangguran di negaranya sangat tinggi bahkan negara tersebut dilanda krisis pangan yang luar biasa, atas kediktatorannya dalam memimpin negara Tunisia, rakyatpun bergejolak dan menimbulkan aksi besar-besaran dengan bertujuan menurunkan presidennya. Sampai akhirnya, ia pun lengser dari bangku kepresidenan di tangan rakyatnya sendiri.  READ MORE

Macet atau Lancar

Oleh Dede Supriyatna

Kata macet sebenarnya lebih menunjukan pada berhenti, atau bisa jadi tersendat. Kata “macet” sering kita dengar melakat pada jalan raya, semisal “Jalan raya di Pondok Indah macet.” Dan tak usah diberi penjelasan, sebab kita paham benar apa maksud dari ungkapan tersebut. REED MORE


Dicari
Oleh Dede Supriyatna 

Tatkala mendengar kata dicari, apa yang terlintas dibenak kita? Mungkin saja jawabannya adalah apa yang sedang dicari, atau siapa yang mencari? Dan memang kata dicari dengan mencari akan berakaitan, semisal saja dikasih contoh si A keder karena kehilangan barang, maka ia mencari barang tersebut, atau si A, merupakan seorang polisi yang sedang mencari buronan, atau si A adalah seorang ibu sedang mencari anaknya yang telah lama hilang. Dan mungkin yang terakhir adalah si A sedang kelimpungan mencari lowongan pekerjaan...READ MORE


Bukan Sekedar Nano-nano

Oleh Dede Supriyatna

Catatan ini hanya sebuah keisengan. Karena itu, jangan terlalu dianggap serius. Tapi, semoga saja dari catatan iseng ini, dapat memberikan sebuah perenungan. Untuk  catatan ini,  bermula dari  pikiran saya yang datang secara tiba-tiba untuk mengingatkan kepada sebuah ungkapan. READ MORE


510

Oleh Abdullah Alawi

Makhluk kuning bernomor 510 itu berhenti di perempatan Pasar Rebo. Nyaris harimau luka, meraung. Tapi sebentar. Kemudian seperti air mendidih 100 derajat celcius. Tapi makhluk itu bukan harimau. READ MORE


1001 Julukan

Oleh Dede Supriyatna

Ada Simbad si Pelaut, Abu Nawas, Aladdin, dan tokoh-tokoh lainnya. Dan untuk tokoh-tokoh itu, tentunya kita sudah begitu akbrab di telinga, bahkan paham benar tentang kisah itu sendiri, maka tak perlu terlalu banyak diceritakan. Mengenai tokoh itu ada dalam dongeng, sebuah dongeng yang didongengkan oleh sang ratu Scheheazade selama seribu satu malam, dongeng yang tuturkan dengan lembut kepada Raja Shahryar sebagai pengantar tidur. Hal ini, dilakukan agar sang Ratu terhindar dari hukuman mati. Sebab sang Raja pun tertidur dengan pulas. READ MORE



Surat Terbuka untuk Nyamuk

Oleh Abdullah Alawi

Saudara-saudara, sekali waktu, bolehlah mampir ke kosan saya yang sederhana sekali. Saya menyebutnya KSSSSSSS. Kosan sangat sederhana sekali sehingga selonjoran saja susah. Kami juga menyebutnya sebagai kosan instalasi. Asbabun nuzul penamaan ini adalah, bapak kosan melarang mengubah instalasi apa pun yang beada di ruangan yang disewakannya.READ MORE

Pasar Tradisional, Nasibmu 

Oleh Dede Supriyatna

Malam itu, entah apa penyebabnya yang membuat saya putuskan pergi ke kost teman. Sesampainya, saya dapatkan sedang asik bermain game, sambil mengisap sebatang rokok. Langsung saja saya berujar “Rokok mana?” “Di atas monitor,” jawabnya, masih asik dengan permainan gamenya. Tanpa basa-basi lagi, kuambil sebatang rokok, dan langsung saya nyalakan. READ MORE

Copet Angkutan Umum Sampai Lembaga Pemerintah  

Oleh Dede Supriyatna 

Ngegosip seperti sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh ibu-ibu. Apa yang meraka gosipkan tentunya bermacam-macam dari bumbu dapur, harga kebutuhan pokok, baju baru menjelang lebaran, dan terkadang merambat pada hal-hal sedang melanda Bangsa ini. READ MORE


Merdeka 100% 

Oleh Dede Supriyatna

Berapa hari yang lalu seorang teman berkata pada saya, ia mengukapkan tentang kemerdekaan 100% yang digagas oleh Tan Malaka. Atas apa yang diungkapannya, akhirnya kami tanpa sadar berdialog perihal tersebut.. READ MORE



Sinetron Nazaruddin

Oleh Dede Supriyatna
Namanya Muhammad Nazaruddin, ia sekarang merupakan matan bendahara umum partai Demokrat, beberapa hari yang lalu namanya mulai ramai diperbicarakan, dan dalam sekejap sosoknya  melambung tinggi, bahkan keterkenalan bisa disejajarkan para artis papan atas. READ MORE


Dialog ayah dengan anak

Oleh Dede Supriyatna

Selepas bergelut dengan aktivitas, akhirnya ia melaju sepeda motornya untuk segera bercengkrama dengan anak dan istrinya. Sesampainya di rumah, ia langsung membersihkan badan lalu datangin meja makan yang tersaji ala kadarnya, di sana telah duduk sang istri yang tersenyum saat sang ayah memandangnya, dan di sampingnya duduk sang anak yang sudah tak sabar untuk melahap makanan. READ MORE  


Jendolan

Oleh Dede Supriyatna

Ada yang suka, ada juga tidak, dan ada di antara keduanya yang biasa-biasa saja. Untuk kata biasa-biasanya tak perlu perdebatan, sebagaimana halnya antara yang suka maupun yang tidak, sebuah perdebatan yang tak akan bertemu benang mereh apalagi jika keduanya benar-benar memliki sifat fanatik. Lalu untuk apa mereka berdebat, tanyakan saja pada mereka. READ MORE


Ketika curhat dilarang

Oleh Dede Supriyatna

“Saat curhat dilarang.” ungkapanku padanya, sambil menunggu tanggapan atas celetukanku. “Siapa yang ngelarang, kenapa dilarang, enggak mungkin, memang ada, ” begitulah reaksi yang agak histeris atas celutukan saya. READ MORE


Sejahtera dengan Kopi

Oleh Dede Supriyatna 

Diseruput sedikit saja atau sekedar membasahi lidah, lalu biarkan lidah mengecap rasa tersebut, dan jika tak bisa diucapkan maka tak usah diucapkan, memang bukan untuk diucapkan, melainkan dirasakan. Terkadang rasa tak perlu diucapakan dan hanya dirasakan. Jikalau dipaksakan untuk diungkapan hanya membuat kehilangan rasa. Sebab ungkapan tak mampu mewakili rasa yang sesungguhnya. READ MORE



Share this post :

Masukkan email untuk berlangganan:

Delivered by Angkringanwarta

 
Ayo kirim tulisanmu ke : angkringan123@gmail.com
Copyright © 2012. AngkringanWarta - All Rights Reserved
Powered by Angkringanwarta